BUKAN TELEVISI PREMATUR INDONESIA
Abstract
Pada waktu saya diminta menjadi nara sumber untuk mencari masukan konstruktif dalam forum Seminar Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) beberapa waktu yang lalu sayasempat lontarkan sinisme masyarakat mengenai TPI; yaitu TPI sebagai kepanjangan dari "Televisi Prematur Indonesia". Sinisme ini sekedar saya maksudkan untuk mengilustrasikan kurang siapnya TPI dalam menayangkan siarannya pada saat-saat awal ketika berdirinya.
Respon peserta seminar terhadap pancingan saya tersebut ternyata cukup hangat; ada yang mengepanjangkan TPI sebagai Televisi Pembantu Indonesia karena siarannya banyak ditonton oleh pembantu RT, Televisi Perempuan In-donesia karena penonton siarannya kebanyakan kaum wanita (yang tidak bekerja), Televisi Pagi Indonesia karena ha-nya pada pagi hari siarannya ditayangkan, dan banyak la-gi kepanjangan-kepanjangan yang berbau "guyonan", kritik, sampai dengan sinisme.
Kepada teman-teman dari TPI yang hadir waktu itu saya harapkan hendaknya apapun yang dilontarkan oleh pe-serta harus ditangkap dari kacamata positif; oleh karena hal demikian justru menandakan besarnya harapan masyara-kat terhadap eksistensi dan peran TPI itu sendiri. Dalam usianya yang relatif masih muda sudah barangtentu banyak hal yang belum sempurna; baik yang bersifat "hard-ware", seperti pesawat penerima di kelas-kelas yang masih terba tas jumlahnya, maupun yang bersifat "soft-ware", seperti kualitas programnya, akting aktornya, dan sebagainya.
Respon peserta seminar terhadap pancingan saya tersebut ternyata cukup hangat; ada yang mengepanjangkan TPI sebagai Televisi Pembantu Indonesia karena siarannya banyak ditonton oleh pembantu RT, Televisi Perempuan In-donesia karena penonton siarannya kebanyakan kaum wanita (yang tidak bekerja), Televisi Pagi Indonesia karena ha-nya pada pagi hari siarannya ditayangkan, dan banyak la-gi kepanjangan-kepanjangan yang berbau "guyonan", kritik, sampai dengan sinisme.
Kepada teman-teman dari TPI yang hadir waktu itu saya harapkan hendaknya apapun yang dilontarkan oleh pe-serta harus ditangkap dari kacamata positif; oleh karena hal demikian justru menandakan besarnya harapan masyara-kat terhadap eksistensi dan peran TPI itu sendiri. Dalam usianya yang relatif masih muda sudah barangtentu banyak hal yang belum sempurna; baik yang bersifat "hard-ware", seperti pesawat penerima di kelas-kelas yang masih terba tas jumlahnya, maupun yang bersifat "soft-ware", seperti kualitas programnya, akting aktornya, dan sebagainya.