DINAMIKA ANGGARAN PENDIDIKAN
Abstract
Sebuah tradisi politis pidato presiden di setiap awal tahun untuk menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) senantiasa mendapat perhatian dari banyak kalangan; baik kalangan dalam maupun luar negeri. Hal ini juga berlaku pada pidato Presiden Soeharto yang disampaikannya tanggal 5 Januari 1995 lalu untuk menghantarkan nota keuangan dan RAPBN Tahun 1995/1996 di depan Rapat Paripurna DPR kita. Hadir dalam acara yang penting ini Wakil Presiden, Try Soetrisno, dan para pejabat tinggi negara.
Bagi banyak kalangan RAPBN 1995/1996 mendapat tanggapan yang positif. Tercerminnya upaya-upaya mengurangi ketergantungan dari pihak "luar" dan naiknya nominal anggaran merupakan dua point penting yang secara akumulatif akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan negara kita di masa mendatang; setidak-tidaknya dalam periode tahun anggaran 1995/1996. Berkurangnya ketergantungan ter-hadap pihak luar tentu akan menaikkan kredibilitas pembangunan; sedangkan naiknya anggaran diharapkan mampu mempertinggi kuantitas pembangunan, dan sudah barang tentu dengan kualitasnya.
Seperti yang telah kita ketahui bila dibandingkan dengan APBN 1994/1995 yang sedang berjalan, yaitu sebesar 69,75 trilyun rupiah, maka RAPBN 1995/1996, sebesar 78,02 trilyun rupiah, mengalami kenaikan yang berarti; yaitu mencapai 11% lebih.