SMA PLUS MEMOTONG BENANG MERAH

Ki Supriyoko

Abstract


       Tidak dapat dipungkiri lagi lulusan SMTA (Sekolah Menegah Tingkat Atas) yang tidak terkendali bukan saja memprihatinkan, akan tetapi saat ini sudah masuk pada fase mencemaskan. Mencemaskan bagi pemerintah, bagi birokrat akademis, bagi penyelenggara pendidikan, bagi orang tua siswa, bagi siswa yang bersangkutan dan bagi masyarakat.

       Pada tahun 1983/1984 terdapat sekitar 429.000 lulusan, satu tahun berikutnya 1984/1985 jumlah ini kian meningkat menjadi 512.000 lulusan. Dan pada tahun ajaran 1985/1986 saat ini terdapat sekitar 635.000 lulusan, dan tahun depan diperkirakan SMTA akan memproduksi lulusan sebanyak 800.000 orang. Jumlah ini sangat kecil bila dibandingkan dengan keseluruhan penduduk negara kita, akan tetapi berbalik menjadi jumlah yang sangat besar bila diban-dingkan dengan daya tampung perguruan tinggi.

       Deretan angka tersebut di atas ternyata didominasi oleh lulusan SMTA Umum, atau SMA. Sedikit sekali jumlah lulusan SMTA Kejuruan di dalamnya apabila dikomparasikan dengan jumlah lulusan sekolah umum.  Seperti diketahui tingkat partisipasi SMTA Kejuruan di negara kita masih menunjukkan angka yang sangat rendah, hanya 0,5%. Artinya dari setiap 200 penduduk usia SMTA (15-18 th) hanya ada satu orang siswa sekolah kejuruan.

       Demikian banyaknya lulusan MA inilah yang akhirnya menimbulkan kecemasan.  Meneruskan studi sangat sulit karena terbatasnya daya tampung perguruan tinggi, sementara itu untuk memasuki dunia kerja sama sulitnya karena tidak mempunyai disiplin keterampilan yang kualitatif.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives