INDONESIA TAWARKAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Abstract
Ketika berbicara tentang pendidikan keunggulan maka yang ada dibenak kita biasanya adalah prestasi akademik, standard pendidikan, penguasaan ilmu dan teknologi, pengembangan kreativitas dan potensi, kepintaran (geniusitas), dan sebagainya. Artinya anak yang unggul selanjutnya diterjemahkan sebagai anak yang prestasi akademiknya memadai, memiliki standard pendidikan yang tinggi, menguasai ilmu dan teknologi secara memadai pula, potensi dan kreativitasnya dapat berkembang secara proporsional, geniusitasnya terekspresikan dalam perilaku sosial, dan sebagainya.
Atas persepsi seperti itu maka sekolah-sekolah unggul kemudian menyiapkan perangkat untuk mendidik anak agar mampu berprestasi akademik, menguasai ilmu dan teknologi, potensial dan kreatif, serta menjadi "genius".
Apa yang dilakukan oleh pihak sekolah kemudian menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang solid: membangun laboratorium yang lengkap, menyediakan ruang perpustakaan yang sejuk, menyediakan buku-buku yang lengkap, membangun ruang belajar yang bersih, dan sebagainya. Dengan disediakannya sarana dan fasilitas belajar yang lengkap ini diharapkan anak pun menjadi lebih "krasan" membaca buku dan melakukan berbagai eksperimentasi; dan akhirnya jadilah mereka anak-anak yang unggul.
Itu semua memang tidak salah. Itu semua memang benar. Anak yang unggul harus berprestasi akademik secara memadai, berstandard pendidikan yang tinggi, menguasai ilmu dan teknologi, potensial dan kreatif, serta "genius"; akan tetapi itu semua belum cukup kalau tidak masuk indikator budi pekerti. Artinya anak yang unggul adalah anak yang berbudi pekerti luhur.
Atas persepsi seperti itu maka sekolah-sekolah unggul kemudian menyiapkan perangkat untuk mendidik anak agar mampu berprestasi akademik, menguasai ilmu dan teknologi, potensial dan kreatif, serta menjadi "genius".
Apa yang dilakukan oleh pihak sekolah kemudian menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang solid: membangun laboratorium yang lengkap, menyediakan ruang perpustakaan yang sejuk, menyediakan buku-buku yang lengkap, membangun ruang belajar yang bersih, dan sebagainya. Dengan disediakannya sarana dan fasilitas belajar yang lengkap ini diharapkan anak pun menjadi lebih "krasan" membaca buku dan melakukan berbagai eksperimentasi; dan akhirnya jadilah mereka anak-anak yang unggul.
Itu semua memang tidak salah. Itu semua memang benar. Anak yang unggul harus berprestasi akademik secara memadai, berstandard pendidikan yang tinggi, menguasai ilmu dan teknologi, potensial dan kreatif, serta "genius"; akan tetapi itu semua belum cukup kalau tidak masuk indikator budi pekerti. Artinya anak yang unggul adalah anak yang berbudi pekerti luhur.