BUDI PEKERTI DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH
Abstract
Pentingnya pendidikan budi pekerti pada keluarga dilukiskan oleh Ki Hadjar dengan sangat berpengaruhnya normalitas keluarga terhadap perilaku sosial anak. Pada keluarga yang normal (harmonis) maka sang anak akan cenderung berperilaku sosial positif, dan sebaliknya pada keluarga yang tidak normal (rusak) maka sang anak akan cende-rung berperilaku sosial negatif (antisosial). Dengan mengutip data dari Stedelijke Kinderpolitie di Netherland (1950) yang menyatakan bah-wa dari 778 kasus kriminalitas ternyata 594 (76 persen) di antaranya berasal dari keluarga rusak, maka Ki Hadjar berhasil membuktikan hipotesis sosialnya itu. Tentu saja keadaan ini juga berlaku bagi anak-anak (dan remaja) di negara lain termasuk Indonesia meskipun dengan persentase yang berbeda.
Sampai kini hipotesis tersebut dapat dibuktikan secara empirik. Angka-angka yang dikutip dari buku 'Etiologi Juvenile Delinquency' (1985) dapat diringkas sbb: Abbot and Berckinridge menyatakan dari 13.000 remaja nakal (delinquent) ternyata 24 persen berasal dari keluarga rusak (broken home). Menurut Municipal of Court of Phi-ladelphia angka yang sama mencapai 47 persen, dan dari persentase ini kebanyakan ternyata wanita.Angka versi California Youth Autho-rity mencapai 62 persen, dan New Children Burreau mencapai 44 persen yang terdiri dari 35 persen laki-laki dan 52 persen wanita.
Secara eksplisit Ki Hadjar menyatakan bahwa alam keluarga itu adalah suatu tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan sosial juga; sehingga bolehlah dikatakan bahwa keluarga itulah tempat pendidikan yang lebih sempurna sifat dan ujudnya daripada pusat lain-lainnya, untuk melangsungkan pendidikan ke arah kecerdasan, budi pekerti (pembentukan watak individuil), dan sebagai persediaan hidup kemasyarakatan.
Sampai kini hipotesis tersebut dapat dibuktikan secara empirik. Angka-angka yang dikutip dari buku 'Etiologi Juvenile Delinquency' (1985) dapat diringkas sbb: Abbot and Berckinridge menyatakan dari 13.000 remaja nakal (delinquent) ternyata 24 persen berasal dari keluarga rusak (broken home). Menurut Municipal of Court of Phi-ladelphia angka yang sama mencapai 47 persen, dan dari persentase ini kebanyakan ternyata wanita.Angka versi California Youth Autho-rity mencapai 62 persen, dan New Children Burreau mencapai 44 persen yang terdiri dari 35 persen laki-laki dan 52 persen wanita.
Secara eksplisit Ki Hadjar menyatakan bahwa alam keluarga itu adalah suatu tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan sosial juga; sehingga bolehlah dikatakan bahwa keluarga itulah tempat pendidikan yang lebih sempurna sifat dan ujudnya daripada pusat lain-lainnya, untuk melangsungkan pendidikan ke arah kecerdasan, budi pekerti (pembentukan watak individuil), dan sebagai persediaan hidup kemasyarakatan.