TAMANSISWA SEBAGAI LEMBAGA KEJUANGAN
Abstract
Kalau kita sempat merunut sejarah berdirinya Tamansiswa maka hal itu tak akan dapat dilepaskan dengan sejarah kejuangan Ki Hadjar Dewantara (KHD) sebagai pendirinya. Mendudukkan Tamansiswa itu sebagai lembaga pendidikan dan kebudayaan yang berkiprah ditengah-tengah masyarakat sejak jaman prakemerdekaan memang tidak salah, namun demikian sebenarnya Tamansiswa bukanlah sekedar lembaga pendidikan dan kebudayaan akan tetapi merupakan lembaga kejuangan yang tak pernah berhenti berusaha untuk mengentaskan rakyat Indone-sia dari kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.
Sesungguhnya KHD sendiri memulai kejuangannya melalui jalur politik. Ketika berusia sekitar enam belas tahun KHD sempat mengikuti pendidikan di STOVIA Jakarta,dan dari lembaga ini KHD banyak bergaul dengan teman-teman yang berasal dari berbagai daerah. Dari lembaga ini pula KHD banyak berhubungan dengan tokoh pergerakan nasional.Bisa dikatakan pengalaman berorganisasi secara modern juga banyak diperoleh dari STOVIA ini.
Sewaktu Boedi Oetomo (BO) berdiri pada tahun 1908, yang oleh para sejarawan kita sering disebut sebagai permulaan sejarah modern di Indonesia, KHD sudah memperoleh kepercayaan untuk duduk pada bagian propaganda. Ketika Sarekat Islam (SI) berdiri maka KHD pun ikut bergabung di dalamnya, bahkan satu tahun berikutnya bersama dengan Tjipto Mangoenkoesoema dan Dauwes Dekker mendirikan In- dische Partij (IP). Dari aktivitas politiknya ini KHD mulai dianggap "dissident" di mata pemerintah kolonial.
Di samping bergerak pada jalur politik KHD pun memanfaatkan jalur media massa (pers). Adapun metodenya beliau menulis berbagai artikel yang mampu mengobarkan semangat juang bangsanya.
Sesungguhnya KHD sendiri memulai kejuangannya melalui jalur politik. Ketika berusia sekitar enam belas tahun KHD sempat mengikuti pendidikan di STOVIA Jakarta,dan dari lembaga ini KHD banyak bergaul dengan teman-teman yang berasal dari berbagai daerah. Dari lembaga ini pula KHD banyak berhubungan dengan tokoh pergerakan nasional.Bisa dikatakan pengalaman berorganisasi secara modern juga banyak diperoleh dari STOVIA ini.
Sewaktu Boedi Oetomo (BO) berdiri pada tahun 1908, yang oleh para sejarawan kita sering disebut sebagai permulaan sejarah modern di Indonesia, KHD sudah memperoleh kepercayaan untuk duduk pada bagian propaganda. Ketika Sarekat Islam (SI) berdiri maka KHD pun ikut bergabung di dalamnya, bahkan satu tahun berikutnya bersama dengan Tjipto Mangoenkoesoema dan Dauwes Dekker mendirikan In- dische Partij (IP). Dari aktivitas politiknya ini KHD mulai dianggap "dissident" di mata pemerintah kolonial.
Di samping bergerak pada jalur politik KHD pun memanfaatkan jalur media massa (pers). Adapun metodenya beliau menulis berbagai artikel yang mampu mengobarkan semangat juang bangsanya.