PENDERITAAN SANG GURU DI TIMOR-TIMUR
Abstract
Pengakuan Panglima Kodam IX Udayana mengenai masih sering terjadinya, sampai sekarang ini, intimidasi bagi para guru (dan dokter) yang bertugas di Propinsi Timor Timur barangkali agak mengejutkan masyarakat Indonesia pada umumnya; baik masyarakat kebanyakan maupun masyarakat berpendidikan termasuk para dokter itu sendiri. Namun pengakuan seperti itu kiranya sama sekali bukan barang baru bagi kalangan guru, khususnya guru yang bertugas di daerah "rawan" termasuk Timor Timur.
Seperti kita ketahui baru-baru ini Panglima Kodam IX Udayana, Adam Damiri, menyatakan dan mengakui bahwa memang sampai saat ini pun masih sering berlangsung intimidasi terhadap para guru (dan dokter) yang bertugas di Timor Timur meskipun hal itu tidak terjadi pada seluruh guru (dan dokter). Dalam realitanya, menurut Pak Adam lebih lanjut, Propinsi termuda Indonesia tersebut masih sangat memerlukan jasa dan pengabdian para guru (dan dokter) untuk membantu meringankan penderitaan masyarakat.
Pengakuan Pak Adam tersebut menyusul tercetusnya pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) yang akan segera menarik para dokter yang sedang menjalankan tugas di Timor Timur apabila aparat keamanan tidak mampu lagi memberikan perlindungan keamanan secara lebih memadai. Ketua Umum PB-IDI terpaksa mengeluarkan "ancaman" menyusul terjadinya kasus penganiayaan, jadi tak sekedar intimidasi, terhadap dua orang dokter yang sedang menjalankan tugas di RSUD Dili, Timor Timur.
Memang, setelah pemerintah membuka kemungkinan terjadinya pemisahan Timor Timur dari kedaulatan RI konon banyak anggota masyarakat prointegrasi mengalami intimidasi. Bagi masyarakat luar Timor Timur yang bertugas di Dili dan wilayah lainnya konon intimidasi tersebut sudah sampai pada tindak kekerasan.