PRIORITAS ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN
Abstract
Suatu tradisi politis pidato presiden pada setiap awal tahun untuk menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) senantiasa mendapat perhatian dari banyak kalangan; baik kalangan dalam maupun luar negeri. Hal ini juga berlaku pada pidato Presiden Soeharto yang disampaikannya tanggal 6 Januari 1998 (pada malam hari) lalu untuk menghantarkan nota keuangan dan RAPBN 1998/1999 di depan Sidang Paripurna DPR kita.
Tanggapan atas penyampaian RAPBN kali ini memang agak unik; meskipun angka-angka yang tercantum di dalam RAPBN 1998/1999 secara umum mengalami kenaikan akan tetapi keadaan yang demikian ini tidak secara otomatis mengundang sikap optimistik masyarakat, bahkan cenderung berkesan pesimistik. Padahal angka kenaikan dalam RAPBN 1998/1999 yang mencapai 32 persen dari RAPBN 1997/1998 yang sedang berjalan ini termasuk yang paling tinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Selama ini belum pernah kenaikan RAPBN kita men-capai di atas angka 20 persen.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, bila dibandingkan dengan RAPBN 1997/1998 yang sedang berjalan ini, yaitu sebesar 101,1 trili-un rupiah, maka RAPBN 1998/1999 yang angkanya mencapai 133,5 triliun rupiah, mengalami kenaikan yang sangat significance; yaitu mencapai 32,1 persen.
Kalau kita bandingkan dengan tahun-tahun yang lalu maka angka kenaikan tersebut relatif bagus. Tahun lalu RAPBN 1997/1998 adalah 101,1 triliun rupiah, yang berarti hanya mengalami kenaikan sekitar 11 persen dari RAPBN 1996/1997 yang sedang berjalan saat itu yang besarnya 90,6 triliun rupiah. Sedangkan dua tahun yang lalu RAPBN 1996/1997 mencapai 90,6 triliun rupiah,yang berarti hanya mengalami kenaikan sekitar 16 persen dibandingkan dengan RAPBN 1995/1996 yang sedang berjalan saat itu yang besarnya 78,0 triliun rupiah.
Tanggapan atas penyampaian RAPBN kali ini memang agak unik; meskipun angka-angka yang tercantum di dalam RAPBN 1998/1999 secara umum mengalami kenaikan akan tetapi keadaan yang demikian ini tidak secara otomatis mengundang sikap optimistik masyarakat, bahkan cenderung berkesan pesimistik. Padahal angka kenaikan dalam RAPBN 1998/1999 yang mencapai 32 persen dari RAPBN 1997/1998 yang sedang berjalan ini termasuk yang paling tinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Selama ini belum pernah kenaikan RAPBN kita men-capai di atas angka 20 persen.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, bila dibandingkan dengan RAPBN 1997/1998 yang sedang berjalan ini, yaitu sebesar 101,1 trili-un rupiah, maka RAPBN 1998/1999 yang angkanya mencapai 133,5 triliun rupiah, mengalami kenaikan yang sangat significance; yaitu mencapai 32,1 persen.
Kalau kita bandingkan dengan tahun-tahun yang lalu maka angka kenaikan tersebut relatif bagus. Tahun lalu RAPBN 1997/1998 adalah 101,1 triliun rupiah, yang berarti hanya mengalami kenaikan sekitar 11 persen dari RAPBN 1996/1997 yang sedang berjalan saat itu yang besarnya 90,6 triliun rupiah. Sedangkan dua tahun yang lalu RAPBN 1996/1997 mencapai 90,6 triliun rupiah,yang berarti hanya mengalami kenaikan sekitar 16 persen dibandingkan dengan RAPBN 1995/1996 yang sedang berjalan saat itu yang besarnya 78,0 triliun rupiah.