MENINGKATNYA POSISI TAWAR MENAWAR GURU

Ki Supriyoko

Abstract



       Tidak seperti biasanya,  guru yang biasanya suka diam dan "nrimo" dalam menghadapi berbagai permasalahan  kini sebagiannya sudah mulai berani unjuk gigi, bahkan juga unjuk rasa.  Selama ini para guru tidak pernah "ramai-ramai"  dalam menyelesaikan segala permasalahan, akan tetapi akhir-akhir ini sebagian sudah berani memperjuangkan nasib dengan cara-cara yang dulu dianggap tabu.

       Lirik lagu "Terpujilah wahai engkau, Bapak Ibu guru" dalam syair Hymne Guru selama ini benar-benar  telah menabukan metoda serta cara-cara memperjuangkan nasib dirinya  dengan mengaplikasi pendekatan tawar menawar (bargaining approach) seperti unjuk rasa dan demonstrasi.  Cara-cara seperti ini dianggap tidak terpuji untuk ukuran seorang guru;  oleh karena sang guru sudah terlanjur merasa tersanjung sebagai orang yang terpuji. 

       Keadaan seperti itu berlangsung selama belasan atau bahkan puluhan tahun  sehingga apabila ada seorang atau sekelompok guru yang akan berunjuk rasa mereka harus mengalahkan dirinya sendiri lebih dahulu. Dan ini yang sangat sulit dilakukan, akhirnya mereka memilih diam. Jangankan turun ke jalan, ke DPR, atau berkonfrontasi dengan pimpinan  ataupun pengambil kebijakan di tingkat atas; sedangkan untuk memunculkan problematika  yang dihadapinya saja terkadang tidak memiliki keberanian yang memadai.

       Mereka memang mempunyai organisasi profesi, semisal PGRI. Namun demikian kebanyakan guru  tidak memiliki akses yang cukup untuk ikut mengambil kebijakan bagi dirinya sendiri.  Bahkan, or-ganisasi yang dimilikinya itu di jaman orde baru dulu justru ikut menekan kemerdekaannya.  Dengan demikian jarang ada guru yang berani memperjuangkan nasibnya melalui PGRI.  Apabila PGRI kini berkinerja lebih baik tentu banyak guru yang bersyukur.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives