TAMANSISWA 71 TAHUN : CITA-CITA DAN KEJUANGANNYA
Abstract
Sejarah Tamansiswa tidak dapat dilepaskan dari Ki Hadjar Dewantara (KHD) yang lahir pada 2 Mei 1889 putera Pangeran Soerjaningrat trah Paku Alaman. Waktu kecil KHD bernama R.M. Soewardi Soerjaningrat. Ketika belajar di STOVIA Jakarta (1905), beliau bergaul dengan teman-teman yang menjadi tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia, dan secara langsung memperoleh pengalaman berorganisasi secara modern. KHD turut dalam organisasi Boedi Oetomo (1908) dan diserahi tugas pada bagian propaganda; beliau juga membantu gerakan Sarekat Islam (1911).
Pada tahun 1912 bersama dr Tjipto Mangoenkoesoema dan Dauwes Dekker, KHD mendirikan Indische Partij (IP). Permohonan IP menjadi badan hukum ditolak pemerintah ko-lonial Belanda karena dianggap berbahaya. Tokoh IP yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai (Soewardi-Tjipto-Dekker) akhirnya berjuang melalui pers.
Tahun 1913 pemerintah kolonial Belanda akan menga dakan perayaan 100 tahun kemerdekaannya di Indonesia de-ngan memungut biaya dari rakyat. KHD dan kawan-kawan tak setuju, dan untuk memprotesnya dibentuklah Komite Bumi Poetera. Selanjutnya KHD menulis protes yang tajam namun secara halus di dalam tulisan yang berjudul "Als ik eens Nederlander was" (Andaikan Aku Seorang Belanda) dan "Een voor Allen, maar Ook Allen voor Een" (Satu untuk Semua, tetapi Juga Semua untuk Satu). Akibat tulisannya ini dan juga tulisan senada yang dibuat oleh Tjipto dan Dekker maka ketiganya dibuang ke Belanda.