STRATEGI PENGEMBANGAN SDM NABI S.A.W. (3)

Mohammad Suyanto

Abstract


Perencanaan sumberdaya manusia yang dilakukan Nabi Muhammad s.a.w. mengacu pada Al Qur’an dengan merencanakan dan menarik sumberdaya manusia, yaitu orang yang jujur. Seseorang dikatakan jujur apabila dia menyatakan kebenaran sesuai dengan fakta yang ada tanpa menambah dan menguranginya. Secara etimologi, jujur merupakan lawan kata dari dusta. Dalam bahasa Arab diungkapkan dengan ”ash-shidqu”, sedangkan “ash-shiddiq” adalah orang yang selalu bersikap jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. Sedangkan secara terminologi, jujur adalah kata hati yang sesuai dengan yang diungkapkan, jika salah satu syarat itu ada yang hilang, belum mutlak disebut jujur (Raghib) atau jujur adalah hukum yang sesuai dengan kenyataan, lawan dari bohong atau jujur merupakan kesesuaian antara lahirdan batin. Para ulama menjadikan ikhlas sebagai perkara yang tidak boleh luput dari kejujuran.dan kejujuran itu sifatnya lebih umum, yakni bahwa semua orang yang jujur sudah tentu ikhlas, tetapi tidak semua orang yang ikhlas itu jujur. 

            Sifat jujur disebutkan dalam surat Al Anfaal ayat 58: Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) penghianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berkhianat. Pada surat Al Baqarah ayat 282 : ….. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. ….Demikian pula Al Ahzab ayat 24 : Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka.. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Full Text:

PDF
Amikom Web Archives