KIAT SUKSES MENJADI ENTREPRENEUR BAGI ORANG BIASA (4)

Mohammad Suyanto

Abstract


Belum mampu secara penuh dalam mengatasi kesulitan ketika itu, AMIKOM Yogyakarta harus menghadapi lingkungan yang disebut krisis pada 1998. Pengalam saya bersama-sama kawan dalam menghadapi krisis, barangkali meskipun sedikit dapat kita pakai sebagai pelajaran. Pelajaran yang sederhana tersebut mudah-mudahan dapat menambah wawasan dalam menjadikan kita seorang entrepreneur yang sukses.

Seorang pemasar dari salah satu Biro Iklan di Yogyakarta mendatangi saya, sambil mengeluh “Kami sekarang kesulitan Pak Yanto untuk dapat iklan dari Perguruan Tinggi”. “Mengapa kesulitan?” saya menanyakan. “Banyak jawaban dari bagian Humasnya kalau iklan atau tidak sama saja. Situasi krisis mahasiswa yang datang ke Yogyakarta sedikit. Begitu kata mereka Pak Yanto” kata pemasar dari Biro Iklan tersebut. “Oh begitu” saya menyahut. “Kalau Pak Yanto pendapatnya bagaimana dalam situasi krisis seperti ini?” dia bertanya kepada saya. Saya mencoba menjawab dengan menggunakan sikap mental positif “Saya mengumpulkan staf-staf saya, kemudian saya jelaskan kepada mereka bahwa jumlah calon mahasiswa itu seperti segitiga, yang dapat kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas adalah segitiga kecil adalah calon mahasiswa dari kelas atas, bagian tengah adalah trapesium merupakan kelompok calon mahasiswa  dari kelas menengah dan bagian terbawah trapesium lebih besar yang merupakan calon mahasiswa kelas bawah” saya menjelaskan sambil menggambar di papan tulis ruangan saya. “Apa hubungannya dengan krisis Pak?” dia melanjutkan pertanyaan. Kemudian saya menjelaskan “Kalau krisis, kelas atas sebagian turun menjadi kelas menengah, kelas menengah sebagian turun menjadi kelas bawah, sehingga calon mahasiswa untuk kelas menengah dan kelas bawah menjadi lebih besar”. “Maksudnya bagaimana Pak?” dia melanjutkan pertanyaan. “Karena yang dibidik AMIKOM kelas menengah dan kelas bawah, maka AMIKOM justru akan tambah jumlah mahasiswanya. Itulah yang saya jelaskan kepada staf-staf saya untuk tetap bersemangat mencari calon mahasiswa, karena peluangnya menjadi lebih baik dibandingkan tidak terjadi krisis. Sambil kita kita iringi dengan doa” jawab saya dengan menggunakan sikap mental positif. “Kalau begitu Pak Yanto akan pasang iklan?” dia berharap. “Iya. Saya akan pasang iklan” jawab saya. “Terima kasih Pak Yanto. Akhirnya ada juga yang pasang iklan. Selama ini saya pusing untuk mencari iklan” Keluh dari pemasar tersebut.

Pemasar dari salah satu Biro Iklan itu akhirnya membuatkan order iklan yang akan saya pasang, sambil merasa bahagia, karena akhirnya ada yang pasang. Setelah selesai, kemudian order itu saya tanda tangani dan kemudian satu lembar diserahkan saya dan yang satu dibawa pemasar tersebut. Setelah itu, ia berpamitan untuk pulang. Saya antar sampai pintu masuk AMIKOM yang terdepan dan saya tunggu sampai ia mengendarai sepeda motornya. Di depan gedung AMIKOM tersebut, ia melambaikan tangannya dan saya balas dengan lambaian tangan. Ia menuju ke jalan dan sekejap kemudian ia telah meninggalkan gedung AMIKOM tersebut. 

Setelah akhir dari penerimaan mahasiswa baru, mahasiswa yang melakukan registrasi di AMIKOM Yogyakarta 779 mahasiswa, yang tahun sebelumnya yang melakukan registrasi 639 mahasiswa atau meningkat lebih dari 20 %. Saya menganggap peningkatan ini cukup luar biasa, tidak saya perkirakan, karena Pergurun Tinggi lain, banyak yang mengalami penurunan. Sikap mental positif dan doa telah terbukti mampu untuk membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin dan menjadikan ancaman itu menjadi peluang.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives