MEMBANGUN SIKAP MASA DEPAN

Mohammad Suyanto

Abstract


Sikap biasanya digunakan dalam menggambarkan orang dan menjelaskan perilakunya. Sikap dapat didefinisikan sebagai kecenderungan terus-menerus untuk merasakan dan berperilaku dalam sebuah cara yang khusus terhadap suatu objek. Sedangkan Edwood Chapman mendefinisikan sikap sebagai cara untuk mengkomunikasikan atau mengekspresikan suasana hati atau watak kepada orang lain.

Para manajer hendaknya tertarik pada sikap-sikap karyawan mereka karena sikap memberikan peringatan terhadap problem potensial dan karena sikap mempengaruhi perilaku. Karyawan yang terpuaskan dan komitmen, misalnya mempunyai tingkat keluar dan kemangkiran yang lebih rendah. Bila para manajer menginginkan agar permohonan berhenti dan absensi berkurang - terutama di antara karyawan mereka yang produktif - mereka akan menginginkan melakukan hal-hal yang akan membangkitkan sikap kerja yang positif, demikian tulis Stephen Robbins dalam Organizational Behavior.

Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu emosi, informasi dan perilaku. Komponen emosi merujuk pada kecerdasan emosi yang berpengaruh terhadap perilaku organisasi. Jenis-jenis emosi dalam dunia kerja terdiri dari marah, takut, senang, cinta, sedih dan terkejut. Kecerdasan rasional (IQ) hanya memberikan sumbangan 4% dari keberhasilan dunia nyata, menurut Sternberg dalam bukunya Succesfull Intelligence. Dengan demikian peran kecerdasan emosi ini semakin besar. Humor yang merupakan bagian dari rasa senang. ”Humor sejauh ini merupakan perilaku paling menonjol yang menunjukkan kecerdasan manusia” kata Edward deBono, seorang tokoh kreativitas organisasi. ”Kita menyukai organisasi yang tidak kuna, orang dengan selera humor ” jelas Herb Kelleher, CEO Southwest Airlines. Para staf Macromedia menggunakan humor dengan menyediakan tangga berputar yang memungkinkan karyawan meluncur dari lantai dua ke dapur perusahaan.

Komponen informasi menyangkut kepercayaan dan informasi individu mengenai suatu objek. Kepercayaan merupakan kekuatan emosi yang dimulai dengan memiliki harga diri dan makna diri sehingga kita terpanggil untuk memancarkan kepada orang lain, seperti jari-jari sebuah lingkaran, yang akhirnya mengimbas kepada setiap orang dalam tim kita, di departemen kita, di devisi kita atau di seluruh perusahaan, tulis Cooper dan Sawaf dalam buku Executive EQ. ”Percaya pada diri sendiri dan siapapun di sekitar Anda sebegitu besar sehingga Anda memberikan 70% yang Anda miliki dan dalam proses menjadikan ribuan manajer dan karyawan Anda jutawan” kata Bill Gates. ”Jaringan kepercayaan itu sangat berharga” kata Minoru Makihara, Direktur Mitsubishi Corporation.

Komponen perilaku terdiri dari kecenderungan orang untuk berperilaku dalam sebuah cara yang khusus terhadap suatu objek. Komponen perilaku terdiri dari motivasi, cara berpikir, cara bertindak dan cara berinteraksi. Teori motivasi Maslow yang lebih mengutamakan kebutuhan bertahan hidup, yaitu fisiologis, yang berakibat krisis makna yang amat dalam, ketiadaan keyakinan pada apa pun, standar moralitas yang rendah, egoisme yang kejam dan harga diri yang rendah yang merupakan konsekuensinya, ketiadaan tujuan dan nilai, rasa jemu yang menjadi ciri dari sebagian besar kehidupan pada abad 20 di dunia Barat yang maju adalah bukti kuat untuk membalikkan prioritas kapitalisme. Pada akhir hidupnya, Abraham Maslow sendiri merasa bahwa sesungguhnya piramida kebutuhannya terbalik, sehingga kebutuhan yang harus diutamakan adalah kebutuhan aktualisasi diri, yang menjunjung tinggi nilai, standar moral, keyakinan dan kebaikan serta bermanfaat bagi manusia lain. ”Sesungguhnya di dalam surga terdapat rumah-rumah bagi orang-orang yang berbuat baik, termasuk orang yang berbuat baik kepada keluarga dan pengikutnya” sabda Rasulullah Saw

Amikom Web Archives