RENDAHNYA MINAT SEKOLAH KEJURUAN

Ki Supriyoko

Abstract


       Sebagai sebuah negara yang mengembangkan sekolah umum dan sekolah kejuruan sekaligus, sebagai manifestasi sistem persekolahan jalur ganda, maka Indonesia dihadapkan pada permasalahan bagaimana mengembangkan dua jenis sekolah tersebut secara efektif dan proporsional. Sekolah umum menyiapkan lulusannya untuk melanjutkan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sementara itu sekolah kejuruan menyiapkan para lulusannya untuk dapat langsung terjun ke lapangan kerja. 

 

       Sehubungan dengan tugasnya menghasilkan lulusan sebagai tenaga terampil menengah maka keberadaan sekolah kejuruan semakin diperlukan. Survey yang dilakukan World Bank  memperkuat pernyataan ini dengan ditemukannya pre-diksi ketenagakerjaan tentang makin dibutuhkannya tenaga terampil di Indonesia dari tahun ke tahun  (World Bank,  "Indonesia Staff Appraisal Report: Polytechnic Project", 1979).  Secara fenomenologis maka keadaan ini seharusnya mendorong masyarakat memasuki sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil menengah; tetapi ternyata kini masyarakat justru lebih suka memilih sekolah umum, bukan sekolah kejuruan. Memilih SMA, bukan STM, SMKK, dan sebagainya.

 

       Indikator tentang fenomena rendahnya minat terha-dap sekolah kejuruan bisa diikuti dari laju perkembangan jumlah siswa sekolah kejuruan yang ternyata tidak sebaik sekolah umum;  demikian juga halnya secara kuantitatif dari tahun ke tahun banyaknya siswa sekolah kejuruan se-nantiasa lebih sedikit daripada sekolah umum.


Full Text:

PDF
Amikom Web Archives