BENARKAH DIY KEKURANGAN GURU SD ?
Abstract
Membaca artikel di SKH Kedaulatan Rakyat edisi 16 Oktober 1989 dengan titel “Kekurangan Guru Sekolah Dasar dan Implikasinya” (oleh sahabat saya Dr. Sukardi, M.Ed, M.Sc.) yang menggambarkan kurangnya jumlah guru SD di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ternyata banyak orang menjadi “bingung” dan bertanya-tanya; benarkah DIY (dan Jawa Tengah) masih kekurangan guru SD?
Sebagai "salam buka" dari artikel tersebut penulis menyampaikan keprihatinannya atas kekurangan guru SD di Jawa Tengah dan DIY, suatu gejala yang disebabkan karena banyaknya guru yang pindah ke profesi lain, guru SD yang melimpah ke sekolah menengah, dan kurangnya jumlah guru baru yang masuk.
Ilustrasi tentang banyaknya guru SD yang mencalon kan diri menjadi kepala desa sebagaimana yang dikatakan oleh Kepala Dinas Depdikbud Jawa Tengah, yang jumlahnya hampir mencapai angka 2500 orang, dan 680 orang di antaranya berhasil, rupanya telah memperkuat argumentasi bagi sang penulis untuk menarik konklusi bahwa di Ja-Teng dan DIY memang telah mengalami kekurangan guru SD.
Benarkah kondisi pendidikan dasar di DIY (saya sengaja mengambil satu wilayah saja) telah berubah dengan drastisnya? Selama ini, berdasarkan data yang terdokukumentasikan secara memadai, kita meyakini bahwa jumlah guru SD di DIY relatif cukup; meski tidak berarti bahwa di daerah ini secara otomatis telah mengalami kelebihan guru SD. Marilah kita menganalisisnya berdasarkan data yang ada, bukan berdasarkan "raw information".
Sebagai "salam buka" dari artikel tersebut penulis menyampaikan keprihatinannya atas kekurangan guru SD di Jawa Tengah dan DIY, suatu gejala yang disebabkan karena banyaknya guru yang pindah ke profesi lain, guru SD yang melimpah ke sekolah menengah, dan kurangnya jumlah guru baru yang masuk.
Ilustrasi tentang banyaknya guru SD yang mencalon kan diri menjadi kepala desa sebagaimana yang dikatakan oleh Kepala Dinas Depdikbud Jawa Tengah, yang jumlahnya hampir mencapai angka 2500 orang, dan 680 orang di antaranya berhasil, rupanya telah memperkuat argumentasi bagi sang penulis untuk menarik konklusi bahwa di Ja-Teng dan DIY memang telah mengalami kekurangan guru SD.
Benarkah kondisi pendidikan dasar di DIY (saya sengaja mengambil satu wilayah saja) telah berubah dengan drastisnya? Selama ini, berdasarkan data yang terdokukumentasikan secara memadai, kita meyakini bahwa jumlah guru SD di DIY relatif cukup; meski tidak berarti bahwa di daerah ini secara otomatis telah mengalami kelebihan guru SD. Marilah kita menganalisisnya berdasarkan data yang ada, bukan berdasarkan "raw information".