BEKAL KETERAMPILAN LULUSAN SD
Abstract
Kurikulum sekolah dasar saat ini nampaknya mulai mendapat sorotan. Setelah dalam beberapa waktu para pakar dan pengamat pendidikan kita memusatkan perhatiannya pada kurikulum sekolah menengah dan pendidikan tinggi, khususnya IKIP, maka kurikulum sekolah dasar yang dalam beberapa waktu dianggap "establih" (dalam konotasi relatif) maka saat ini mulai mendapat giliran untuk disorot.
Deputi Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Prof. Dr. Harsono Wiryosumartono, ketika didengar pendapatnya oleh FKP DPR untuk menghimpun masukan pembahasan RUU Pendidikan Nasional beberapa waktu yang lalu mengatakan bahwa penyusunan kurikulum Sekolah Dasar (SD) sudah harus memperhitungkan pemberian bekal keterampilan kepada lulusan SD untuk bekerja.
Mata pelajaran yang diberikan pada tingkat pendidikan SD tersebut seharusnya lebih condong pada berbagai mata pelajaran yang praktis, bukan mata pelajaran yang merupakan persiapan untuk memasuki pendidikan tinggi, apalagi universitas.
Garis logika yang diambil oleh pakar tersebut ada lah bahwa lulusan SD tidak memperoleh bekal keterampilan yang cukup dari sekolahnya untuk bekerja, pada hal sekitar 50% dari penduduk yang masuk SD tidak dapat langsung melanjutkan studinya, melainkan terjun langsung ke dunia kerja. Akibatnya mereka menjadi canggung untuk memasuki lapangan kerja pada pos-pos yang ada.
Deputi Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Prof. Dr. Harsono Wiryosumartono, ketika didengar pendapatnya oleh FKP DPR untuk menghimpun masukan pembahasan RUU Pendidikan Nasional beberapa waktu yang lalu mengatakan bahwa penyusunan kurikulum Sekolah Dasar (SD) sudah harus memperhitungkan pemberian bekal keterampilan kepada lulusan SD untuk bekerja.
Mata pelajaran yang diberikan pada tingkat pendidikan SD tersebut seharusnya lebih condong pada berbagai mata pelajaran yang praktis, bukan mata pelajaran yang merupakan persiapan untuk memasuki pendidikan tinggi, apalagi universitas.
Garis logika yang diambil oleh pakar tersebut ada lah bahwa lulusan SD tidak memperoleh bekal keterampilan yang cukup dari sekolahnya untuk bekerja, pada hal sekitar 50% dari penduduk yang masuk SD tidak dapat langsung melanjutkan studinya, melainkan terjun langsung ke dunia kerja. Akibatnya mereka menjadi canggung untuk memasuki lapangan kerja pada pos-pos yang ada.