POLA EBTANAS SEBAGAI ALTERNATIF
Abstract
Kemungkinan untuk mengakhiri pola Sipenmaru dalam seleksi masuk perguruan tinggi negeri nampaknya semakin terbuka saja. Apalagi Prof. S. Pramoetadi selaku Ketua Panitia Sipenmaru Pusat pernah menyatakan sendiri tentang terbukanya kemungkinan tersebut.
Beberapa waktu yang lalu Pak Pramoetadi mengemukakan tentang kemungkinan diakhirinya pola Sipenmaru untuk selanjutnya "berpindah" pada pola Ebtanas; dalam artian bahwa dasar seleksi mahasiswa baru PTN tidak lagi menggunakan ujian tulis Sipenmaru, akan tetapi menggunakan Nilai Ebtanas Murni (NEM) sebagai dasarnya. Hal ini dipersyarati kalau pelaksanaan Ebtanas di SMA sudah benar-benar mantab adanya.
Gagasan untuk mengembangkan pola Ebtanas tersebut tentu saja sangat simpatik dan menarik, mengingat bahwa pola tersebut sama seklai belum pernah diujicobakan di dalam mekanisme seleksi perguruan tinggi di negeri kita.
Mengenai digunakannya pola Ebtanas dalam mekanisme seleksi mahasiswa baru PTN tersebut kebetulan penulis juga pernah mengusulkan dalam forum diskusi ilmiah yang berlangsung di Yogyakarta bulan Desember 1987 yang lalu. Dalam forum yang dihadiri oleh para pakar, pengamat dan praktisi pendidikan tersebut hadir pula Pak Pramoetadi sebagai salah satu "penyanji".
Beberapa waktu yang lalu Pak Pramoetadi mengemukakan tentang kemungkinan diakhirinya pola Sipenmaru untuk selanjutnya "berpindah" pada pola Ebtanas; dalam artian bahwa dasar seleksi mahasiswa baru PTN tidak lagi menggunakan ujian tulis Sipenmaru, akan tetapi menggunakan Nilai Ebtanas Murni (NEM) sebagai dasarnya. Hal ini dipersyarati kalau pelaksanaan Ebtanas di SMA sudah benar-benar mantab adanya.
Gagasan untuk mengembangkan pola Ebtanas tersebut tentu saja sangat simpatik dan menarik, mengingat bahwa pola tersebut sama seklai belum pernah diujicobakan di dalam mekanisme seleksi perguruan tinggi di negeri kita.
Mengenai digunakannya pola Ebtanas dalam mekanisme seleksi mahasiswa baru PTN tersebut kebetulan penulis juga pernah mengusulkan dalam forum diskusi ilmiah yang berlangsung di Yogyakarta bulan Desember 1987 yang lalu. Dalam forum yang dihadiri oleh para pakar, pengamat dan praktisi pendidikan tersebut hadir pula Pak Pramoetadi sebagai salah satu "penyanji".