RRI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN

Ki Supriyoko

Abstract


       Ketika penjajah Belanda  masih  berkuasa di negara kita  ternyata mereka sangat jeli memanfaatkan sarana yang sangat potensial untuk menyebar-luaskan informasi, yaitu siaran radio.  Tentu saja waktu itu pemanfaatan siaran radio lebih diorientasikan pada kepentingan politik kaum penjajah. Pada tahun 1925 mereka mendirikan stasiun pemancar yang disebut Bataviasche Radio Vereniging (BRV) di Jakarta, yang kemudian disusul dengan stasiun-stasiun pemancar yang lainnya. Sete-lah itu dimulailah siaran radio yang jelas-jelas lebih mereferensi pada kepentingan politik kaum penjajah.  Pada awal tahun 1930-an lagi-lagi mereka mendirikan  Nederlands Indishe Radio Omroep Maatchappij (NIROM) yang merupakan perkumpulan radio Belanda. 

 

       Tentu bisa diduga,  materi siaran radio tersebut dijadikan sebagai sarana dan media komunikasi antar orang-orang Belanda (Nederlander) yang tinggal di Indonesia.  Lebih daripada itu secara sistematis materi siarannya juga dirancang mampu memberikan pengaruh kepada bangsa kita untuk menyulut konflik ideologis di antara bangsa Indonesia itu sendiri. Tidak bisa diragukan, sarana yang potensial dan efektif ini dapat memberikan keuntungan politik yang sangat besar bagi pihak pemerintah penjajah waktu itu.

 

       Untunglah hal yang demikian itu telah membangkitkan kesadaran bagi putra-putra bangsa waktu itu tentang tersimpannya potensi siaran radio sebagai media komunikasi dan sarana politik.  Maka dimulailah perintisan berdirinya stasiun siaran (broadcasting) oleh putra-putra bangsa dan untuk kepentingan bangsa sendiri.


Full Text:

PDF
Amikom Web Archives