PENDEKATAN TUTWURI HANDAYANI
Abstract
Belum lama ini telah diselenggarakan Simposium tentang Sistem Pembinaan Profesional (SPP) dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) di Kantor Depdikbud Pusat Jakarta. Simposium ini dibuka langsung oleh Pak Wardiman Djojonegoro selaku menteri pendidikan; dengan pesertanya di samping para pengambil keputusan di lingkungan Depdikbud juga melibatkan peserta dari kalangan praktisi CBSA, para pakar pendidikan, serta utusan dari British Council sebagai sponsor.
Simposium tersebut mempunyai arti penting bagi perkembangan pendidikan nasional kita, terutama bagi perkembangan CBSA itu sen-diri, karena konklusi dan rekomendasi hasil simposium akan dijadikan dasar pengambilan keputusan tentang perlu atau tidak perlunya CBSA dilaksanakan secara nasional di masa-masa yang akan datang. Secara administratif CBSA itu sendiri sebenarnya masih merupakan uji coba yang secara terus menerus dievaluasi hasilnya. Meskipun pelaksanaan CBSA sudah mengembang ke beberapa daerah replikasi akan tetapi sampai kini belum menjadi kebijakan politik yang harus dilaksanakan oleh seluruh Sekolah Dasar (SD) di Indonesia.
Di dalam pembukaan simposium tersebut Pak Wardiman selaku menteri pendidikan juga meminta peserta untuk mengkaji secara teliti sejauh mana kelayakan CBSA untuk diberlakukan secara "massal" di sekolah-sekolah; kalau memang layak ada kemungkinan pelaksanaan CBSA akan dilanjutkan, sebaliknya kalau memang tidak layak maka Depdikbud akan segera menghentikan pelaksanaan CBSA.