KRITIK TAJAM PADA IKIP : "SUBJECT MATTER!"
Abstract
Akhir-akhir ini lembaga pendidikan tinggi kependidikan di negara kita, IKIP, amat sering menerima kritik yang sangat tajam dari masyarakat. Inti kritik biasanya berkisar pada masalah "subject matter", atau penguasaan materi pengajaran bagi para alumnusnya.
Dimensi metodologis nampaknya tak banyak mendapat sorotan, tetapi serenta sampai pada masalah penguasaan materi pengajaran para alumnus yang dipresentasikan didepan kelas maka berbagai kritik kemudian saling muncul di permukaan. Penguasaan materi pengajaran yang dimiliki oleh para alumnus IKIP dipandang sangat minim, sehingga perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari para birokrat kependidikan. Masalah ini diungkap secara cukup gencar karena minimnya penguasaan materi pengajaran dipandang sebagai salah satu penyebab merosotnya kualitas pendidikan, terutama untuk tingkat sekolah menengah.
Pada suatu kesempatan dengan nada 'gurius' (gurau namun serius) seorang dosen senior pada salah satu perguruan tinggi nonkependidikan "menantang" saya untuk menguji kualitas penguasaan "subject matter" alumnus IKIP.
Dia yang sering menyebut saya sebagai "wong IKIP tulen" meminta saya menyiapkan satu sarjana IKIP dengan bidang studi tertentu dan dia akan menyiapkan seorang mahasiswa non-IKIP semester enam dengan bidang studi yang serupa. Keduanya diterjunkan untuk mengajar pada salah sebuah SMA atau sekolah menengah lainnya. Dia berani bertaruh bahwa mahasiswa non-IKIP tersebut akan lebih berhasil mengajar sebab penguasaan materinya lebih kualitatif (saya hanya 'berhahaha' dalam menjawab "tantangan" ini).