STRATEGI MASUK PERGURUAN TINGGI
Abstract
Kalau saja kita suka bicara dengan jujur maka pada saat ini banyak para siswa (calon mahasiswa), orang tua, wali murid, guru dan bahkan sementara pejabat yang masih 'kurang paham' (untuk tidak dikatakan bingung) akan kebijaksanaan Depdikbud tentang pengaruh NEM (Nilai Ebtanas Murni) terhadap Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) untuk meraih 'jatah belajar' pada perguruan tinggi.
Beberapa sumber mengatakan bahwa Nilai Ebtanas Murni para lulusan sekolah menengah (dimaksud SMTA) akan dijadikan sebagai penentu peringkat (ranking) bagi yang berminat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Hal ini sebenarnya sudah cukup mengundang banyak pertanyaan yang muncul, "Kalau sudah ada ranking kenapa mesti pakai Sipenmaru?", atau pertanyaan, "Apa yang akan dicari dalam Sipenmaru?", atau pertanyaan "Apakah tidak akan terjadi pemborosan dana pendidikan ?", dan pertanyaan-pertanyaan lain yang serupa sekalipun seringkali juga dijumpai pertanyaan-pertanyaan yang mengandung kesangsian yang berlebihan.
Kaitan antara NEM dengan Sipenmaru menjadi hangat kembali manakala dijumpai hasil pengamatan bahwa 'angka Ebtanas' para peserta ternyata 'bobrok', tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh peserta, pejabat dan masyarakat. Kiranya hal ini bukan merupakan rahasia lagi.
Beberapa sumber mengatakan bahwa Nilai Ebtanas Murni para lulusan sekolah menengah (dimaksud SMTA) akan dijadikan sebagai penentu peringkat (ranking) bagi yang berminat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Hal ini sebenarnya sudah cukup mengundang banyak pertanyaan yang muncul, "Kalau sudah ada ranking kenapa mesti pakai Sipenmaru?", atau pertanyaan, "Apa yang akan dicari dalam Sipenmaru?", atau pertanyaan "Apakah tidak akan terjadi pemborosan dana pendidikan ?", dan pertanyaan-pertanyaan lain yang serupa sekalipun seringkali juga dijumpai pertanyaan-pertanyaan yang mengandung kesangsian yang berlebihan.
Kaitan antara NEM dengan Sipenmaru menjadi hangat kembali manakala dijumpai hasil pengamatan bahwa 'angka Ebtanas' para peserta ternyata 'bobrok', tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh peserta, pejabat dan masyarakat. Kiranya hal ini bukan merupakan rahasia lagi.