SIMULTANSI FUNGSI PENDIDIKAN

Ki Supriyoko

Abstract


       Seandainya saja Bapak Pendidikan kita,  Ki Hadjar Dewantara, masih hidup pasti beliau akan tersenyum meli-hat kebenaran atas antisipasinya. Meski barangkali hati-nya duka, akan tetapi beliau akan sempat tersenyum kecil mengalami kejadian atas "ramalan" yang pernah dinyatakan sekitar tigaperempat abad yang lalu.

 

       Sebelum mendirikan  Perguruan Nasional Tamansiswa tahun 1922,  Ki Hadjar pernah menunjukkan kewaskitaannya dengan membuat "ramalan" (anticipation) bahwa kita bang-sa Indonesia akan mengalami dahsyatnya perkembangan alam dan jaman. Demikian dahsyatnya perkembangan yang terjadi maka kebingunganpun melanda masyarakat; orang-orang akan sering tertipu oleh keadaan hingga sulit menentukan mana hal-hal yang laras atau yang tidak laras untuk dirinya. 

 

       Apa yang dinyatakan Ki Hadjar tersebut sekarang ini sedang menjadi kenyataan.Kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat pesat sebagai pratanda berlangsungnya proses industrialisasi ternyata sering "membingungkan" manusia itu sendiri.  Kalau masyarakat pedesaan masih memikirkan sulitnya mengatasi kendala transportasi mereka menjadi "bingung" ketika ada orang yang bisa mengelilingi negeri ini hanya dalam satu hari. Demikian pula ketika penduduk desa mengalami kesulitan komunikasi merekapun harus "bi-ngung" menyaksikan dua manusia yang jaraknya ribuan kilo meter dapat bercengkerama atas jasa telekomunikasi.


Full Text:

PDF
Amikom Web Archives