TUJUH PERNYATAAN TAMANSISWA
Abstract
Konferensi Nasional Persatuan Tamansiswa saat ini sudah selesai, meskipun demikian ternyata untuk kalangan pakar dan praktisi pendidikan, pengamat budaya, dan para birokrat pemerintahan masih membawa gaung. Momentum pen-ting dua tahunan yang dibuka langsung oleh Menko Polkam Soesilo Soedarman pada tanggal 24 Juli 1994, dan ditutup oleh Mendikbud Wardiman Djojonegoro (diwakili Sekretaris Jenderal Depdikbud Hasan Walinono) pada tanggal 27 Juli 1994 itu masih bergaung antara lain karena adanya "note" atau Pernyataan Tamansiswa yang ditujukan kepada peme-rintah kita sebagai pelaksana pembangunan.
Rasanya selama ini memang masih banyak orang yang kurang yakin terhadap sikap Tamansiswa untuk bekerjasama dengan pemerintah; masih banyak orang menganggap Taman-siswa tak mau bekerja sama dengan pemerintah. Itu tidak mengherankan karena Tamansiswa memang bersikap tidak mau bekerja sama (noncooperative) dengan pemerintah, bahkan menentang (confrontative) pemerintah. Tetapi, sikap yang demikian itu ditujukan kepada pemerintah kolonial.
Terhadap pemerintah RI, Tamansiswa tentu tak lagi mengembangkan sikap-sikap itu. Sikap Tamansiswa terhadap pemerintah RI sekarang ini terformulasikan dalam "Konsep Triko"; yaitu kooperatif, konsultatif, dan korektif. Ta-mansiswa sekarang senantiasa siap bekerja sama (membantu dan dibantu) dengan pemerintah, mengadakan dialog konsul tatif terhadap setiap kebijakan yang telah dan akan di-ambil pemerintah, tetapi juga mengembangkan sikap kritis untuk mengadakan koreksi terhadap kebijakan yang dinilai kurang menyentuh kepentingan rakyat banyak.