PENERIALISME PENDIDIKAN DALAM PENYUSUNAN KURIKULUM
Abstract
Setelah dunia pendidikan kita semarak dengan adanya beberapa konsep (pemikiran) tentang The Best Ten, Pergantian Sistem Proyek Perintis dan Sistem Praseleksi kini lebih kiprah lagi dengan munculnya sebuah gagasan tentang penggantian kurikulum.
Gagasan ini adalah berupa penggabungan IPA dan IPS dan menggantikan kurikulum tujuh lima (1975) dengan 'kurikulum inti' yang tentu saja dipandang mengandung banyak segi-segi positifnya dibanding dengan segi negatifnya. Walau pun telah disadari pula untuk penerapannya tentu akan dijumpai hambatan tidak sedikit.
Melihat sedikit penjabaran gagasan tersebut nampaknya lulusan SMTA kita lebih cenderung kepada seorang spesialis dari pada seorang generalis. Barangkali telah disadari bahwa lulusan SMTA kita selama ini nampaknya ada dalam posisi yang serba tanggung, dalam artian mau meneruskan studi sulit, mau bekerja tidak memiliki disiplin ketrampilan yang spesial.
Barangkali saja gagasan itu timbul disamping dalam rangka untuk mempertinggi kualitas lulusan SMTA juga mengatasi kompleksitas-kompleksitas problematika dalam situasi yang dilematis ini.
Gagasan ini adalah berupa penggabungan IPA dan IPS dan menggantikan kurikulum tujuh lima (1975) dengan 'kurikulum inti' yang tentu saja dipandang mengandung banyak segi-segi positifnya dibanding dengan segi negatifnya. Walau pun telah disadari pula untuk penerapannya tentu akan dijumpai hambatan tidak sedikit.
Melihat sedikit penjabaran gagasan tersebut nampaknya lulusan SMTA kita lebih cenderung kepada seorang spesialis dari pada seorang generalis. Barangkali telah disadari bahwa lulusan SMTA kita selama ini nampaknya ada dalam posisi yang serba tanggung, dalam artian mau meneruskan studi sulit, mau bekerja tidak memiliki disiplin ketrampilan yang spesial.
Barangkali saja gagasan itu timbul disamping dalam rangka untuk mempertinggi kualitas lulusan SMTA juga mengatasi kompleksitas-kompleksitas problematika dalam situasi yang dilematis ini.