HONG KONG DAN KONSEPSI KEPARIWISATAANNYA

Ki Supriyoko

Abstract


       Kalau kita memperhatikan  secara sepintas saja  akan mengetahui bahwa status sosial ekonomi masyarakat Hong Kong umumnya adalah tinggi. Bukan berarti bahwa tidak ada orang miskin akan tetapi keba-nyakan,  untuk tidak menyatakan hampir seluruhnya,  penduduk Hong Kong memang hidup di atas garis kemiskinan.

       Keadaan itu nampaknya relevan dengan  berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi internasional.  Pada tahun 1993 yang lalu Bank Dunia meneliti perkembangan ekonomi di wilayah Asia Timur dan dalam laporannya yang berjudul "The East Asian Miracle : Economic Growth and Public Policy" (1993) memasukkan nama Hong Kong sebagai salah satu dari delapan negara yang dikategorikan ajaib dalam pertumbuhan ekonominya.  Bukan itu saja, Hong Kong bahkan telah disejajarkan dengan Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Singapura dalam kelompok 'High Performing Asian Economies'. Kelompok ini berada satu lapisan di atas kelompok lain, 'The Newly Industrializing Economies' yang didalamnya ada nama-nama Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

      Untuk konteks Hong Kong, laporan penelitian tersebut barangkali tidak meleset karena lajunya pertumbuhan ekonomi tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya.  Secara sepintas saja tak pernah kita dapati pengemis di pinggir jalan atau di tempat-tempat strategis lainnya; apalagi pengemis yang "door to door" itu tidak pernah akan ada di Hong Kong. Jangankan pengemis, orang yang berpakaian kotor pun jarang kita dapati, meskipun bukan berarti tidak ada sama sekali.

       Kalau banyak orang (kita) sering mengibaratkan Indonesia meru-pakan potongan surga yang terjatuh di bumi barangkali potongan yang lain jatuh di Hong Kong.  Alam pegunungan di Hong Kong sungguh cantik luar biasa.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives