ROMANTIKA PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SWASTA
Abstract
Konon sebelum "dikoloni" Inggris satu abad yang silam maka di Hong Kong sudah ada lembaga pendidikan swasta yang memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak petani dan nelayan. Sudah ba-rang tentu sistem pendidikannya masih sangat tradisional sebagaimana dengan kondisi dan situasi pada waktu itu.
Berbeda dengan sikap pemerintah Belanda yang pernah menjajah Indonesia yang anti pendidikan swasta konon pula pemerintah Inggris yang menjajah Hong Kong lebih bersikap "ramah" terhadap penyelenggaraan pendidikan swasta. Jadi, meski secara politis Hong Kong menjadi tanah jajahan Inggris tetapi warisan pendidikan swastanya te-tap dilestarikan. Bahkan makin hari perkembangan pendidikan swasta makin terasa maju, baik dari sisi kuantitas maupun sisi kualitas.
Angin pun bertiup semilir di Hong Kong dan perubahan suasana pun segera terjadi. Tahun 1971 ketika pemerintah mencanangkan ge-rakan wajib belajar untuk SD (primary school) yang dilanjutkan pada tahun 1978 untuk SMP (secondary school) dengan cara membebaskan anak dari bayaran sekolah maka dampaknya sampai ke pendidikan swasta. Murid-murid swasta berkurang, beberapa sekolah swasta pun ada yang terpaksa tutup buku. Keadaan ini agak berlarut-larut sampai seorang profesor dari Jurusan Kebijakan dan Administrasi Pendidikan The Chinese University of Hong Kong mengajukan pertanyaan "Can private schools still survive in Hong Kong?". Apakah sekolah-se-kolah swasta di Hong Kong masih dapat bertahan?
Syukurlah keadaan itu akhirnya berujung pangkal pula. Sekarang ini sekolah-sekolah swasta di Hong Kong mulai unjuk prestasi; jumlah siswanya meskipun tak terlalu drastis akan tetapi mengalami kenaikan dari hari demi hari. Demikian pula dengan kualitasnya.
Berbeda dengan sikap pemerintah Belanda yang pernah menjajah Indonesia yang anti pendidikan swasta konon pula pemerintah Inggris yang menjajah Hong Kong lebih bersikap "ramah" terhadap penyelenggaraan pendidikan swasta. Jadi, meski secara politis Hong Kong menjadi tanah jajahan Inggris tetapi warisan pendidikan swastanya te-tap dilestarikan. Bahkan makin hari perkembangan pendidikan swasta makin terasa maju, baik dari sisi kuantitas maupun sisi kualitas.
Angin pun bertiup semilir di Hong Kong dan perubahan suasana pun segera terjadi. Tahun 1971 ketika pemerintah mencanangkan ge-rakan wajib belajar untuk SD (primary school) yang dilanjutkan pada tahun 1978 untuk SMP (secondary school) dengan cara membebaskan anak dari bayaran sekolah maka dampaknya sampai ke pendidikan swasta. Murid-murid swasta berkurang, beberapa sekolah swasta pun ada yang terpaksa tutup buku. Keadaan ini agak berlarut-larut sampai seorang profesor dari Jurusan Kebijakan dan Administrasi Pendidikan The Chinese University of Hong Kong mengajukan pertanyaan "Can private schools still survive in Hong Kong?". Apakah sekolah-se-kolah swasta di Hong Kong masih dapat bertahan?
Syukurlah keadaan itu akhirnya berujung pangkal pula. Sekarang ini sekolah-sekolah swasta di Hong Kong mulai unjuk prestasi; jumlah siswanya meskipun tak terlalu drastis akan tetapi mengalami kenaikan dari hari demi hari. Demikian pula dengan kualitasnya.