MEMASUKI ERA SINDIKASI DALAM KOMPETISI 'WIN AND WIN'

Ki Supriyoko

Abstract



       Hanya dalam jangka waktu empat puluh satu hari sesudah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya maka di Yogyakarta terbitlah koran yang berlandaskan kebangsaan; itulah 'Kedaulatan Rakyat' yang oleh masyarakat luas dikenal dengan sebutan KR (Ka-Er).  Di dalam usianya yang ke-51 sekarang ini KR termasuk koran tertua di Indonesia untuk hitungan pasca merdeka.

       Perjalanan koran daerah  yang ingin senantiasa menyuarakan hati nurani rakyat tersebut tidaklah pendek dan dalam ketidakpendekannya ini tentulah diwarnai dengan dinamika dan romantika. Dinamika dan romantika ini sangatlah terasa kalau dikaitkan dengan misi perjuangan KR yang terlahir di tengah-tengah situasi perjuangan; baik perjuangan fisik maupun perjuangan idealita. Dalam sejarahnya konon KR pernah dibujuk Belanda untuk dijadikan "corong" pemerintah kolonial yang ingin menginjakkan kembali kaki-kaki kolonialitas di Bumi Pertiwi ini untuk mencengkeramkan kuku-kuku hegemonitasnya.  Untunglah para pendiri KR, H. Samawi (1913-1984) serta M. Wonohito (1912-1984), waktu itu tetap bergeming untuk tidak mau menerima tawaran manis yang penuh bisa. Para pendiri berkeyakinan bahwa keberpihakan pada rakyat harus selalu diutamakan meskipun hal itu harus dibayar dengan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan fasilitas.

       Romantika historis tersebut juga dialami oleh teman seperjuangan KR, yaitu Perguruan Nasional Tamansiswa.  Tamansiswa pun pernah mendapat bujukan yang sama akan tetapi saat itu pendiri Tamansiswa,  Ki Hadjar Dewantara (1889-1959), dengan tegas menolak. Tamansiswa adalah rakyat sehingga keberpihakan pada rakyat haruslah selalu diutamakan. Barangkali di sinilah satu sisi yang sinkroon diantara KR dengan Tamansiswa sebagai dua lembaga yang sama-sama lahir di alam perjuangan dan sampai kini pun masih tetap berjuang.

       Seandainya KR dan Tamansiswa waktu itu menerima "roti" yang ditawarkan oleh pemerintah kolonial Belanda barangkali sekarang ini kedua lembaga tersebut sudah tamat riwayatnya.  Tersadari atau tidak, justru keberpihakan terhadap rakyat dan penolakan atas berbagai ta-waran fasilitas yang mengikat secara ideologi dan idealitas inilah yang merupakan salah satu kunci rahasia umur panjang.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives