TAWURAN PELAJAR DALAM TEORI
Abstract
Tawuran pelajar akhir-akhir ini kambuh lagi! Beberapa hari yang lalu di Semarang meletus perkelahian antar pelajar yang melibatkan puluhan siswa. Korban tawuran yang belasan orang jumlahnya itu ter-nyata tidak seluruhnya siswa akan tetapi ada pula gurunya. Pak Guru yang barangkali bermaksud baik hati ternyata justru menjadi korban tawuran massal; konon kepalanya bocor terkena lemparan batu dari oknum remaja sekolah yang berhuru-hara tersebut.
Bukan itu saja. Setelah aparat keamanan berhasil mengamankan oknum-oknum pelajar yang terlibat perkelahian tersebut ternyata men-dapatkan senjata tajam, belati. Sudah sebegitu profesionalkah oknum pelajar kita dalam berkelahi fisik? Entahlah; tetapi di samping senjata tajam tersebut juga ditemukan pil koplo jenis nipam. Pil ini termasuk jenis obat-obat terlarang yang dapat membawa "terbang" (fly) orang yang meminumnya. Pil ini dapat menurunkan kadar rasionalitas orang yang meminumnya; dan pil jenis nipam ini pulalah yang diminum oleh sopir bis yang menewaskan puluhan penumpang di salah satu jalan tol menuju Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Kenapa oknum-oknum pelajar yang terlibat perkelahian tersebut harus membawa senjata tajam? Kenapa mereka juga harus membawa pil koplo? Nampaknya mereka sengaja menyiapkan diri untuk berkelahi dan bikin keributan. Meskipun setiap muncul kasus tawuran maka aparat keamanan kita segera turun tangan akan tetapi secara empirik menunjukkan banyaknya oknum pelajar yang setelah dilepas dari pe-ngamanannya segera bikin ulah lagi.
Ibarat nila setitik merusak susu sebelanga maka persentase oknum pelajar yang senang berkelahi yang jumlahnya relatif kecil inilah yang dapat "menarik" teman-teman lainnya dalam jumlah banyak. Tawuran pelajar pun kambuh dimana-mana; Medan, Yogyakarta, Karanganyar, Jakarta, dan di berbagai kota lainnya.