PROBLEMATIK TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA
Abstract
Orang Cina memiliki pepatah yang khas, "jamu yang manjur pahit rasanya". Pepatah ini bisa diaplikasi untuk melukiskan betapa sulitnya membuat kemasan audio-visual bagi program-program pengajaran yang berisi dan mendidik (manjur) sekaligus tak menjemukan (pahit). Mengaudiovi-sualkan program yang berisi tidak mudah, membuat program yang tidak menjemukan juga tidak gampang; tetapi lebih tidak gampang lagi mengaudiovisualkan program pengajaran yang berisi sekaligus tidak menjemukan.
Kenyataannya problematika itulah yang sampai kini dihadapi oleh Televisi Pendidikan Indonesia (TPI); yaitu membuat program-program pengajaran yang secara material berisi dan secara medional menarik pirsawan untuk mengi-kutinya. Ini tidak gampang! Sudah berulang kali TPI (via Pustekkom Depdikbud) memproduksi paket "Pendidikan Mate-matika" (misalnya), tetapi berulang kali pula hasilnya tidak optimal. Yang terjadi: "ilmu" Matematikanya cukup padat tetapi penyajiannya terkesan hambar sehingga pir-sawan menjadi enggan mengikutinya. Artinya, benar bahwa paket Matematika ini sarat ilmu (manjur) akan tetapi ti-dak menarik ditonton atau diikuti (pahit).
Dalam kapasitasnya sebagai lembaga pertelevisian yang mengemban misi utama pendidikan, termasuk di dalam-nya pengajaran, maka TPI mau tidak mau harus dapat menya jikan program-program pendidikan, khususnya pengajaran, yang materinya memang padat berisi serta dari sisi media memang menarik minat pemirsanya (interestable).