TENTANG KI HADJAR DEWANTARA DAN PENDIDIKAN NASIONAL

Ki Supriyoko

Abstract


"Sungguh, seandainya aku seorang Nederlander,  tidaklah aku akan merayakan peringatan kemerdekaan di negeri yang masih terjajah. Lebih dahulu berilah kemerdekaan kepada rakyat atau bangsa yang masih kita kuasai itu,  barulah boleh orang memperingati kemerdekaannya sendiri".

                                                 ( Ki Hadjar Dewantara, 1913 )


       Itulah sepotong kalimat protes  yang ditulis pada tahun 1913 oleh Ki Hadjar Dewantara,  yang ketika itu masih bernama R.M. Soewardi Soerjaningrat,  dalam karyanya yang sangat terkenal 'Als Ik Eens Ne-derlander Was'.  Kalimat itu pulalah yang menyebabkan pemerintah kolonial Belanda menjadi marah;  ada pemuda Indonesia yang secara terang-terangan berani menentang kebijakan pemerintah kolonial.

       Peristiwa yang sangat bersejarah  tersebut  bermula  dari rencana pemerintah kolonial Belanda yang akan merayakan genap 100 tahun kemerdekaannya dari tangan Perancis.  Perayaan ini akan dilakukan di Belanda dan negara-negara jajahannya, termasuk Indonesia. Adapun rencananya,  perayaan kemerdekaan Belanda di Indonesia  akan dilaksanakan secara besar-besaran dan hura-hura pada 15 November 1913. Dari segi apapun rencana ini tentu tidak pas. Bagaimana tidak,mereka merayakan kemerdekaan di tanah jajahan;  mereka merayakan kemerdekaan sambil menjajah bangsa lain. 

      Rencana itu langsung diprotes oleh Ki Hadjar melalui dua tulisan: 'Als Ik Eens Nederlander Was' (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan 'Een voor Allen maar Ook Allen voor Een' (Satu untuk Semua tetapi Semua untuk Satu Juga). Di dalam tulisannya ini Ki Hadjar juga menyatakan bahwa rencana Belanda yang demikian itu benar-benar telah menyinggung perasaan dan hati nurani bangsa Indonesia; meski rakyat Indonesia (waktu itu) masih dalam keadaan terjajah.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives