DANA PENELITIAN DALAM RAPBN

Ki Supriyoko

Abstract


       Sebuah tradisi politis pidato presiden menjelang tahun anggaran baru untuk menghantar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) di hadapan anggota wakil rakyat kiranya merupakan kebiasaan yang konstruktif;  apalagi pidato tersebut secara langsung dapat dinikmati oleh masyarakat luas, meskipun harus melalui bantuan media. Dengan mengikuti pidato presiden ini kita dapat mengetahui secara lebih pasti kemampuan ekonomi "rumah tangga" negara,  seka-ligus kebijakan dan strategi pembangunan yang akan ditempuhnya.

       Kiranya  kita pantas bersyukur,  di tengah-tengah gencarnya ber-bagai isu politis dunia yang menimbulkan berbagai spekulasi di bidang sosial dan ekonomi,antara lain perang di Chechnya yang belum selesai tuntas,  ternyata RAPBN 1996/1997 mengalami kenaikan yang berarti bila dibandingkan dengan APBN 1995/1996 yang sedang berjalan ini.

       Lebih dari itu upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantung-an terhadap pihak "luar",  meskipun belum hilang sama sekali,  makin terlihat dalam formulasi RAPBN 1996/1997 tersebut.  Kiranya hal ini menyiratkan semakin mantapnya kemandirian kita dalam menjalankan roda-roda pembangunan.

       Apabila  dibandingkan dengan APBN 1995/1996  maka  RAPBN 1996/1997 mengalami kenaikan di atas 16%;  yaitu dari 78,02 trilyun rupiah menjadi 90,62 trilyun rupiah.  Kalau kita tarik garis empirik ke belakang, kenaikan semacam ini juga kita alami pada RAPBN 1995/ 1996 yang lalu.  Seperti diketahui RAPBN 1995/1996 yang lalu juga mengalami kenaikan di atas 11% kalau dibandingkan dengan APBN 1994/1995 yang sedang berjalan waktu itu;  yaitu dari 69,74 trilyun rupiah menjadi 78,02 trilyun rupiah.  Jujur saja, diakui atau tidak, kenaikan anggaran seperti ini merupakan indikator keberhasilan peme-rintah kita, khususnya di bidang ekonomi.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives