SEMANGAT "MAKOTO" DAN DISIPLIN PERLU DITIRU
Abstract
Ada yang menyatakan bahwa kehidupan masyarakat Jepang pada kesehariannya adalah mekanistik seperti mesin atau robot. Pernyataan seperti ini memang ada pula benarnya meskipun tidak secara mutlak; di samping itu konotasi mekanistik dalam hal ini tidak selamanya jelek dan destruktif.
Mari kita ambil contoh. Kalau kita sempat berdiri disuatu stasiun kereta api untuk beberapa hari saja maka kita akan mengetahui bahwa orang yang sama akan menaiki kereta api yang sama, untuk jurusan yang sama, serta jam pergi dan jam pulang sama. Lebih daripada itu pakaiannya pun jenis dan warnanya sama, kalau merokok juga dengan merk rokok yang sama di setiap harinya. Barangkali keadaan seperti inilah yang menimbulkan kesan bahwa kehidupan sehari-hari masyara-kat Jepang adalah serba mekanistik. Apabila kita tidak mengerti latar belakangnya barangkali kita akan mengiyakan seratus persen terhadap pernyataan kemekanistikan masyarakat Jepang ini.
Marilah kita coba telusuri latar belakangnya. Sistem transportasi di Jepang, terutama kereta api, terkenal sangat canggih. Tidak pernah ada kereta api terlambat. Kereta api antar kota misalnya dari Shinjuku ke Ueno atau sebaliknya setiap enam menit ada yang datang; sehingga kalau sampai ada kereta api yang terlambat enam menit saja akan mengganggu giliran kereta api yang berikutnya.
Apabila ada seorang pekerja yang bertempat tinggal di Shinjuku dan tempat kerjanya di Akihabara maka kereta apinya akan melalui delapan stasiun; yaitu Yoyogi, Sendagaya, Shinanomachi, Yotsuya, Ichigaya, Iidabashi, Suidibashi, dan Ochanomishu. Perjalanan antar stasiun ditempuh antara 3 s/d 5 menit, dan di setiap stasiun kereta api hanya berhenti sekitar 2 menit. Dari Shinjuku ke Akihabara ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit.
Mari kita ambil contoh. Kalau kita sempat berdiri disuatu stasiun kereta api untuk beberapa hari saja maka kita akan mengetahui bahwa orang yang sama akan menaiki kereta api yang sama, untuk jurusan yang sama, serta jam pergi dan jam pulang sama. Lebih daripada itu pakaiannya pun jenis dan warnanya sama, kalau merokok juga dengan merk rokok yang sama di setiap harinya. Barangkali keadaan seperti inilah yang menimbulkan kesan bahwa kehidupan sehari-hari masyara-kat Jepang adalah serba mekanistik. Apabila kita tidak mengerti latar belakangnya barangkali kita akan mengiyakan seratus persen terhadap pernyataan kemekanistikan masyarakat Jepang ini.
Marilah kita coba telusuri latar belakangnya. Sistem transportasi di Jepang, terutama kereta api, terkenal sangat canggih. Tidak pernah ada kereta api terlambat. Kereta api antar kota misalnya dari Shinjuku ke Ueno atau sebaliknya setiap enam menit ada yang datang; sehingga kalau sampai ada kereta api yang terlambat enam menit saja akan mengganggu giliran kereta api yang berikutnya.
Apabila ada seorang pekerja yang bertempat tinggal di Shinjuku dan tempat kerjanya di Akihabara maka kereta apinya akan melalui delapan stasiun; yaitu Yoyogi, Sendagaya, Shinanomachi, Yotsuya, Ichigaya, Iidabashi, Suidibashi, dan Ochanomishu. Perjalanan antar stasiun ditempuh antara 3 s/d 5 menit, dan di setiap stasiun kereta api hanya berhenti sekitar 2 menit. Dari Shinjuku ke Akihabara ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit.