SISTEM SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI
Abstract
Isu pendidikan kita yang paling aktual pasca diumumkannya hasil Ebtanas sekolah menengah, khususnya SMU, adalah penerimaan ma-hasiswa baru di perguruan tinggi. Sekarang ini para lulusan sekolah menengah kita sedang sibuk menyiapkan diri untuk menembus dinding perguruan tinggi, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ataupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS), yang dianggap dapat mengembangkan kemam-puannya untuk menggapai cita-cita.
Di sisi lainnya pihak perguruan tinggi sendiri tengah menghadapi persoalan tentang bagaimana metode menciptakan sistem seleksi yang efektif hingga kandidat yang tersaring menggunakan alat testing yang dibuat benar-benar kandidat yang bermutu; dalam pengertian (kandidat) mahasiswa baru dengan potensi akademik yang pantas. Kiranya memang tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat inipun masih banyak perguruan tinggi yang mengaplikasi sistem seleksi mahasiswa baru di dalam tahapan formalistik saja.
Secara empirik ada berbagai jenis alat seleksi yang dikembangkan oleh perguruan tinggi kita; misalnya saja PTN pernah menerapkan tes model Proyek Perintis (PP), Sipenmaru, UMPTN, dsb, sementara itu ada beberapa PTS yang dalam menseleksi kandidat mahasiswa baru menggunakan tes psikologis (psycho-test), tes bakat, tes kemampuan abstraksi, tes pengetahuan umum, dsb. Lebih daripada itu Tes Potensi Akademik (TPA) yang dibuat oleh Overseas Training Office (OTO) pun sekarang mulai "masuk kampus". Beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat mengembangkan sistem seleksi dengan Graduate Record Examination (GRE), Test of Writing Ability (TWA), dsb.