POTRET BURAM PTS (DAN PTN)
Abstract
Belum lama ini menteri pendidikan Juwono Sudarsono membuat pernyataan yang kontroversial, sensitif dan sedikit bombastis bahwa dari 1400-an PTS di Indonesia hanya 20 persen saja yang benar-benar layak disebut perguruan tinggi; sedangkan yang 80 persen selebihnya tidak layak disebut sebagai perguruan tinggi. Pernyataan ini melukiskan penilaian seorang menteri pendidikan mengenai begitu rendahnya kualitas mayoritas PTS yang menjadi tanggung jawab pembinaannya.
Bagi sementara pengelola PTS pernyataan tersebut dianggap agak kontroversial karena diucapkan oleh seorang menteri pendidikan yang memang seharusnya ikut memikul tanggung jawab. Di tengah-tengah gencarnya upaya untuk meningkatkan mutu terdapat pernyataan yang dapat mengendorkan usaha-usaha tersebut. Pernyataan tersebut cukup sensitif bagi kebanyakan pengelola dan penyelenggara PTS; meskipun sensitivitas ini dapat dikelola secara profesional untuk diubah menjadi motivasi meningkatkan diri. Di sisi lain pernyataan tersebut agak-agak bersifat bombastis karena seolah-olah kebanyakan PTS kita bukanlah perguruan tinggi dalam pengertian yang sesungguhnya.
Meskipun pernyataan Pak Juwono tersebut kontroversial, sensitif dan agak bombastis tetapi hal itu sekaligus merupakan suatu pengaku-an yang jujur dan transparan. Pernyataan itu jujur karena apabila kita mau mengevaluasi diri dan mengoreksi kekurangan-kekurangan yang ada maka sesungguhnya memang demikianlah keadaannya. Mayoritas PTS kita kualitasnya memang jauh dari maksimal; daya kompetisinya rendah dan performansinya pun tidak memadai.
Pernyataan tersebut cukup transparan; tidak harus menutup-nutupi kekurangan yang ada karena kekurangan tersebut toh kasat mata yang gampang diditeksi oleh masyarakat luas. Bangunan fisik yang terkesan seadanya, profesionalitas dosen yang pas-pasan, dsb, kiranya bagian dari kekurangan PTS secara umum yang tidak lagi menjadi rahasia.