POPULARITAS UNIVERSITAS TERBUKA

Ki Supriyoko

Abstract



       Untuk mengawali presentasi  dalam forum diskusi dengan lulusan SMU di Bandung beberapa waktu yang lalu saya mengajukan tiga per-tanyaan. Pertama,siapa nama rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta?  Secara serentak hampir semua peserta diskusi menyebut dengan benar nama rektor UGM, Prof. Ichlasul Amal.  Nama "Rektor Reformasi" ini begitu populer di masyarakat,  termasuk siswa SMU di Bandung. Nama besar UGM ditambah sepak terjangnya yang reformis nampaknya benar-benar telah mengangkat namanya.

       Pertanyaan pun dilanjutkan;  siapa nama rektor Universitas Indo-nesia (UI) Jakarta.  Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh sekitar 60 persen peserta. Lumayan! Ketika pertanyaan ketiga diajukan, yaitu mengenai siapa nama rektor Universitas Terbuka (UT) sekarang maka suasana menjadi berubah.  Peserta diskusi yang semula riuh menyebut beberapa nama tidak satu pun yang "berkutik";  mereka berpandang-pandangan satu dengan yang lain pertanda sedang bengong. Sampai lima atau enam menit berlalu tak seorang pun yang mampu menyebut nama. Rupanya mereka benar-benar tidak tahu nama rektor UT.

       Semula saya ingin bertanya lebih lanjut  ada jurusan apa yang di-kembangkan di UT,  bagaimana mekanisme proses belajar mengajar, dan akhirnya siapa yang berminat masuk UT. Saya kemudian menarik keinginan tersebut karena dengan tidak terjawabnya nama rektor UT saya pun berhipotetik bahwa tidak ada satu pun di antara mereka yang berminat masuk UT; kalaupun ada mungkin jumlahnya hanya satu dua dan motivasinya lebih pada "blind motivation".

       Kasus tersebut di atas barangkali dapat memberikan gambaran kepada kita bahwa demikianlah UT kita saat ini; popularitasnya benar-benar ada di peringkat yang paling bawah,  sampai-sampai masyarakat tidak mengenal siapa nama rektornya.  Apalagi dengan program-pro-gram akademis yang dikembangkannya.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives