'RUSUH MASSAL' DI MATA ILMUWAN SOSIAL

Ki Supriyoko

Abstract


       Akhir-akhir ini  banyak bermunculan kritik tajam  yang ditujukan kepada para ilmuwan sosial kita;  mereka itu dinilai kurang tanggap terhadap berbagai fenomena yang ada di tengah-tengah masyarakat, sehingga daya prediksi dan daya antisipasinya rendah.  Berbagai kasus dan peristiwa yang "meletus" di masyarakat sangat sering luput dari pengamatan ilmuwan sosial kita;  akibatnya mereka tidak dapat mem-berikan kontribusi yang memadai dalam proses solusi.

       Pada bagian yang lain  ilmuwan sosial kita  dinilai hanya sanggup  memberikan analisis ketika suatu peristiwa, khususnya peristiwa antisosial, sudah terjadi; yang dalam ilmu sosiologi disebut analisis pasca peristiwa (post moment).  Ilmuwan sosial dinilai tidak pernah mampu memberikan analisis ketika suatu peristiwa, khususnya peristiwa anti-sosial, belum terjadi; yang di dalam ilmu sosiologi disebut analisis pra peristiwa (pre moment).  Dengan demikian kehebatan ilmuwan (dan ilmu) sosial menjadi sirna dikarenakan tidak pernah mampu mencegah terjadinya peristiwa antisosial yang seringkali membuat masyarakat takut dan/atau memakan banyak korban.

       Ketika "Peristiwa Sanggau"  terjadi misalnya,  yaitu  perkelahian massal di Sanggau Kalimantan Barat yang banyak memakan korban, maka tidak satu pun ilmuwan sosial kita yang memprediksi sebelum peristiwa itu muncul.  Para ilmuwan sosial baru memberikan analisis sosiologisnya ketika peristiwa tersebut sudah terlanjur "meletus"; jadi mereka dianggap gagal mencegah terjadinya peristiwa itu. Seandainya sebelum peristiwa itu terjadi sudah ada semacam warning dari ilmu-wan sosial kita maka peristiwa antisosial itu dapat dicegah; meskipun secara teknis bukan oleh ilmuwan sosial itu sendiri.

       Meletusnya "rusuh massal"   pada  berbagai daerah di  Indonesia konon juga terlepas dari pengamatan para ilmuwan kita; sehingga pen-cegahan dini atas peristiwa tersebut tidak dapat dilaksanakan.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives