MENGANTISIPASI DAMPAK SIBERKOMUNIKASI

Ki Supriyoko

Abstract


       Pada peringatan Hari Pers Nasional  tanggal 9 Februari yang lalu Presiden Soeharto secara implisit mengingatkan jajaran pers kita agar tidak terjebak pada sistem pemberitaan bermuatan rendah karena hal itu dapat menimbulkan disintegrasi bangsa.  Nampaknya beliau tengah meneropong pers kita dari sisi perangkat lunak.  Dan itulah "bahaya" yang dihadapi  oleh pers nasional kita sekarang ini.  Seandainya beliau sempat melihat dari sisi perangkat keras sebenarnya ada "bahaya" lain yang perlu kita waspadai bersama;  yaitu "bahaya" yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi komunikasi.

       Bahwa teknologi komunikasi telah dan akan berkembang pesat di akhir tahun 1900-an dan di awal tahun 2000-an telah diprediksi oleh banyak pakar komunikasi dan pakar teknologi; setidak-tidaknya oleh Wilbur Schramm  dalam karya tulisnya  'The New Media :  Memo to Educational Planners' (1965) serta oleh Michael Hacker dan Robert Barden dalam bukunya 'Technology in Your World' (1985).

       Khusus tentang perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia telah dilaporkan dan diprediksi oleh Franqois Raillon,  seorang "pakar Indonesia" versi lembaga internasional French National Center for Scientific Research (FNCSR) dalam bukunya 'Indonesia 2000 : The Industrial and Technological Challenge' (1990).  Dalam salah satu bagian uraiannya, Raillon telah membahas perkembangan teknologi komunikasi di negara kita sejak dari diaksesnya teknologi komputer, dipergunakannya satelit sampai dengan kontribusi industri pendukung utamanya PT INTI dan LEN, untuk kemudian memprediksinya.

       Prediksi para pakar teknologi dan pakar komunikasi tersebut  ter-nyata memang benar;  perkembangan teknologi komunikasi memang berjalan cepat dan hal ini telah berdampak secara nyata pada perkembangan pers di suatu negara, sudah barang tentu termasuk didalamnya pers nasional Indonesia.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives