DAMPAK AKADEMIS KEBOCORAN EBTANAS
Abstract
"Penyakit latent" Ebtanas ternyata tidak pernah surut. Kebiasaan kebocoran Ebtanas yang terjadi sejak beberapa tahun yang lalu sampai kini belum berhasil dikikis habis. Apabila tahun-tahun yang lalu kasus kebocoran Ebtanas terjadi di beberapa daerah secara silih berganti, baik di Jawa maupun luar Jawa, sekarang giliran Denpasar, Bali dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkena "sampur".
Di Denpasar ditemukan ada kebocoran soal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) serta Matematika untuk satuan SMU; meskipun banyak siswa dan orang tua di kota tersebut yang meyakini terjadinya kebocoran sebenarnya melanda semua bidang studi yang di-ujikan. Sementara itu di Yogyakarta ditemukan ada kebocoran materi soal Bahasa Inggris juga untuk satuan SMU; meskipun banyak siswa dan orang tua di daerah tersebut yang meyakini terjadinya kebocoran sebenarnya melanda semua bidang studi yang diujikan.
Di luar Denpasar dan Yogyakarta tersebut ternyata juga beredar kabar terjadinya kebocoran Ebtanas. Di Solo misalnya; soal-soal Ebta-nas SLTP oleh sebagian masyarakat diyakini bocor, meskipun pejabat Depdikbud setempat tidak memberikan klarifikasinya. Di Yogyakarta juga beredar kabar bahwa di samping SMU, soal-soal Ebtanas SLTP juga diduga bocor. Beberapa warga menginformasikan adanya anak-anak sekolah yang sudah memiliki copy soal beberapa mata pelajaran dan kuncinya sebelum diujikan.
Bocornya soal-soal Ebtanas, bahkan dengan kuncinya, memang sudah amat sering terjadi. Bahkan dalam sejarahnya pada tahun 50-an, ketika kita masih menggunakan sistem ujian negara, ternyata tradisi kebocoran sudah dimulai. Barangkali kita memang memiliki kebiasaan yang destruktif; di tengah-tengah kerja besar selalu saja bermunculan oknum yang mencari keuntungan pribadi. Ebtanas merupakan salah satu kerja besar yang memunculkan oknum seperti itu.
Di Denpasar ditemukan ada kebocoran soal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) serta Matematika untuk satuan SMU; meskipun banyak siswa dan orang tua di kota tersebut yang meyakini terjadinya kebocoran sebenarnya melanda semua bidang studi yang di-ujikan. Sementara itu di Yogyakarta ditemukan ada kebocoran materi soal Bahasa Inggris juga untuk satuan SMU; meskipun banyak siswa dan orang tua di daerah tersebut yang meyakini terjadinya kebocoran sebenarnya melanda semua bidang studi yang diujikan.
Di luar Denpasar dan Yogyakarta tersebut ternyata juga beredar kabar terjadinya kebocoran Ebtanas. Di Solo misalnya; soal-soal Ebta-nas SLTP oleh sebagian masyarakat diyakini bocor, meskipun pejabat Depdikbud setempat tidak memberikan klarifikasinya. Di Yogyakarta juga beredar kabar bahwa di samping SMU, soal-soal Ebtanas SLTP juga diduga bocor. Beberapa warga menginformasikan adanya anak-anak sekolah yang sudah memiliki copy soal beberapa mata pelajaran dan kuncinya sebelum diujikan.
Bocornya soal-soal Ebtanas, bahkan dengan kuncinya, memang sudah amat sering terjadi. Bahkan dalam sejarahnya pada tahun 50-an, ketika kita masih menggunakan sistem ujian negara, ternyata tradisi kebocoran sudah dimulai. Barangkali kita memang memiliki kebiasaan yang destruktif; di tengah-tengah kerja besar selalu saja bermunculan oknum yang mencari keuntungan pribadi. Ebtanas merupakan salah satu kerja besar yang memunculkan oknum seperti itu.