KEGAGALAN SISTEM PERLINDUNGAN GURU
Abstract
Jauh hari sebelum kasus guru yang sangat sering menerima teror dan tindak kekerasan di Wilayah Timor Timur meledak ke permukaan sebenarnya para guru sudah sangat sering pula melaporkan kejadian demi kejadian yang menimpa dirinya ke "atasan", baik melalui jalur Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) maupun jalur aparat keamanan. Namun, sangat sering pula laporan yang dibuat baik secara individual maupun kelompok tidak mendapat respon yang jelas dan memuaskan.
Sekarang bukan lagi menjadi rahasia umum dan pemerintah pun tidak dapat lagi menutupi tentang apa yang sesungguhnya dialami oleh para guru di Timor Timur. Tindak kekerasan seperti ejekan, cercaan, ancaman, pengusiran, pemukulan, penusukan bahkan sampai pembunuhan merupakan komponen penderitaan guru yang makin transparan.
Tindak kekerasan yang mencerminkan kegagalan sistem perlindungan guru di Indonesia tersebut sesungguhnya tidak akhir-akhir ini saja terjadi. Sejak beberapa tahun yang lalu mereka mengalami tindak kekerasan tersebut; dan sejak beberapa tahun pula mereka menahan rasa gemas dan sakit bukan hanya dari si pengejek, pencerca, pengancam dan semuanya itu tetapi juga dari pimpinan mereka di Depdikbud dan aparat keamanan yang tidak memberi solusi secara memuaskan; bahkan sering mempredikatinya sebagai "anak nakal".
Bahkan pernah para guru tersebut secara "ramai-ramai" berkirim surat langsung kepada Presiden Habibie untuk memperhatikan nasib tragis yang dialaminya; kalau mungkin segera menariknya dari Timor Timur. Kiranya "manuver" ini mencerminkan hilangnya kepercayaan para guru tersebut terhadap pimpinan mereka di jajaran Depdikbud, jajaran aparat keamanan, jajaran pemerintah daerah, jajaran organisasi profesi, dsb, yang dianggapnya tidak profesional dalam menangani kasus-kasus kekerasan yang dialami.
Sekarang bukan lagi menjadi rahasia umum dan pemerintah pun tidak dapat lagi menutupi tentang apa yang sesungguhnya dialami oleh para guru di Timor Timur. Tindak kekerasan seperti ejekan, cercaan, ancaman, pengusiran, pemukulan, penusukan bahkan sampai pembunuhan merupakan komponen penderitaan guru yang makin transparan.
Tindak kekerasan yang mencerminkan kegagalan sistem perlindungan guru di Indonesia tersebut sesungguhnya tidak akhir-akhir ini saja terjadi. Sejak beberapa tahun yang lalu mereka mengalami tindak kekerasan tersebut; dan sejak beberapa tahun pula mereka menahan rasa gemas dan sakit bukan hanya dari si pengejek, pencerca, pengancam dan semuanya itu tetapi juga dari pimpinan mereka di Depdikbud dan aparat keamanan yang tidak memberi solusi secara memuaskan; bahkan sering mempredikatinya sebagai "anak nakal".
Bahkan pernah para guru tersebut secara "ramai-ramai" berkirim surat langsung kepada Presiden Habibie untuk memperhatikan nasib tragis yang dialaminya; kalau mungkin segera menariknya dari Timor Timur. Kiranya "manuver" ini mencerminkan hilangnya kepercayaan para guru tersebut terhadap pimpinan mereka di jajaran Depdikbud, jajaran aparat keamanan, jajaran pemerintah daerah, jajaran organisasi profesi, dsb, yang dianggapnya tidak profesional dalam menangani kasus-kasus kekerasan yang dialami.