MEMBENAHI PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA

Ki Supriyoko

Abstract


       Pada akhir tahun 1998 lalu Haneen Sayed, John Newman dan Peter Morrison  dibantu oleh puluhan pakar  atas nama Bank Dunia  membuat laporan pendidikan tentang Indonesia dengan judul 'Edu-cation in Indonesia : From Crisis to Recovery'.  Dari laporan yang terdiri dari tujuh bab tersebut dan saya sempat diminta memberikan komentar sebelum diluncurkan secara resmi  hampir tak ada kalimat yang menunjukkan keberhasilan pendidikan di Indonesia.  Inti dari laporan itu menyatakan bahwa pelaksanaan dan hasil pendidikan di Indonesia belum atau tidak memuaskan: unsatisfactory.

       Krisis ekonomi yang melanda Indonesia semenjak pertengahan tahun 1997 benar-benar berdampak buruk terhadap pendidikan kita yang secara kuantitatif dapat dilihat dari  semakin tingginya angka putus sekolah, menurunnya tingkat partisipasi pendidikan, semakin banyaknya mahasiswa yang mengambil cuti kuliah, dan sebagainya.

       Beberapa bulan kemudian muncul dua publikasi yang banyak diacu oleh para pakar pendidikan dan pemimpin negara.  Yang per-tama, UNDP menerbitkan satu laporan berjudul 'Human Development Report 1999'; dan yang kedua WEF menerbitkan laporan yang bertitel 'Global Competitiveness Report 1999'. 

       Kedua laporan tersebut  memang tidak secara eksplisit menulis mengenai kegagalan pendidikan di Indonesia;  akan tetapi secara tidak langsung memang menyatakan hal yang demikian. Dari laporan UNDP diketahui  bahwa Indonesia hanya ada di urutan ke-105 dari 174 negara dalam hal pembangunan manusianya;  dan kita berada di bawah Singapura (22), Brunei (25), Malaysia (56), dsb. Sementara itu dari laporan WEF diketahui bahwa Indonesia hanya berada pada ranking ke-37 dari 59 negara dalam hal daya saing; dan kita ada di bawah Singapura (1), Malaysia (16), Thailand (30), dsb.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives