KEMUNDURAN PARIWISATA DI INDONESIA
Abstract
Debat opini mengenai SDM pariwisata yang digelar di harian ini dari tanggal 6 s/d 10 Maret lalu penting diperhatikan. Berbagai pemikiran yang muncul dari para praktisi pariwisata dan pendidikan pariwisata perlu dicermati; pasalnya kalau bangsa kita ingin keluar dari keterpurukan ekonomi untuk melakukan recovery maka mau tak mau sektor pariwisata perlu mendapat tempat yang memadai.
Statistik kita menunjukkan, selama tahun 1997 yang lalu kita berhasil menarik sekitar 5 juta wisatawan manca, padahal sepuluh tahun sebelumnya kita hanya sanggup mendatangkan 1 juta orang dari berbagai negara manca. Tidak bisa dipungkiri kedatangan para tamu dari manca itu telah memasok devisa bukan saja kepada peme-rintah di dalam bentuk pajak, retribusi, dan jasa; tetapi juga telah menebar dolar bagi masyarakat, baik dalam kapasitas personal, ke-luarga, maupun industri. Wajarlah kalau sektor wisata di Indonesia pada masa itu sempat masuk dalam kelompok The Big Five dalam hal tingginya pengumpul devisa negara bersama dengan minyak bumi, gas alam, industri tekstil dan industri kayu. Barangkali karena itu pula maka pemerintah waktu itu berani menargetkan kedatangan di atas 10 juta turis asing per tahun pasca tahun 2005.
Ternyata prestasi tersebut sukar dipertahankan; pariwisata Indonesia di dalam dua atau tiga tahun ini justru banyak mengalami kemunduran. Jumlah wisatawan manca negara yang datang ke bumi pertiwi justru menurun. Berita menyebarnya penyakit AIDS dan penyakit menular yang lain serta lepasnya ratusan penghuni rumah tahanan di Bali membuat banyak orang Jepang membatalkan niatnya berkunjung ke Bali. Instabilitas politik dan terjadinya banyak ke-kerasan di negara kita menyebabkan orang-orang Eropa, AS, dan Asia ketakutan datang di Indonesia. Turis manca pun makin sedikit dan devisa kita pun semakin menipis.
Statistik kita menunjukkan, selama tahun 1997 yang lalu kita berhasil menarik sekitar 5 juta wisatawan manca, padahal sepuluh tahun sebelumnya kita hanya sanggup mendatangkan 1 juta orang dari berbagai negara manca. Tidak bisa dipungkiri kedatangan para tamu dari manca itu telah memasok devisa bukan saja kepada peme-rintah di dalam bentuk pajak, retribusi, dan jasa; tetapi juga telah menebar dolar bagi masyarakat, baik dalam kapasitas personal, ke-luarga, maupun industri. Wajarlah kalau sektor wisata di Indonesia pada masa itu sempat masuk dalam kelompok The Big Five dalam hal tingginya pengumpul devisa negara bersama dengan minyak bumi, gas alam, industri tekstil dan industri kayu. Barangkali karena itu pula maka pemerintah waktu itu berani menargetkan kedatangan di atas 10 juta turis asing per tahun pasca tahun 2005.
Ternyata prestasi tersebut sukar dipertahankan; pariwisata Indonesia di dalam dua atau tiga tahun ini justru banyak mengalami kemunduran. Jumlah wisatawan manca negara yang datang ke bumi pertiwi justru menurun. Berita menyebarnya penyakit AIDS dan penyakit menular yang lain serta lepasnya ratusan penghuni rumah tahanan di Bali membuat banyak orang Jepang membatalkan niatnya berkunjung ke Bali. Instabilitas politik dan terjadinya banyak ke-kerasan di negara kita menyebabkan orang-orang Eropa, AS, dan Asia ketakutan datang di Indonesia. Turis manca pun makin sedikit dan devisa kita pun semakin menipis.