KONSEP PERATAAN PENDIDIKAN
Abstract
Dengan tanpa bermaksud menciptakan kultur kultus individu kiranya tidaklah salah kalau dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei kita senantiasa mengenang kembali kejuangan tokoh pendidikan nasional kita, Ki Hadjar Dewantara.Sejak menjadi seorang Soewardi Soerjaningrat (sebelum berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara saat usianya genap lima windu berdasar perhitungan tahun Caka), Ki Hadjar sangat meyakini bahwa pendidikan merupakan senjata yang sangat ampuh untuk me-lawan segala penyakit sosial masyarakat; ketidakadilan, kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, dsb. Berangkat dari keyakinannya inilah Ki Hadjar sepenuhnya mengabdikan diri dalam dunia pendidikan.
Pengalaman pahitnya waktu "diinternir" ke Belanda (tahun 1913 bersama Tjipto Mangoenkoesoemo serta Douwes Dekker) justru diambil hikmahnya untuk memperdalam ilmu dan pengetahuannya guna mengembangkan konsep-konsep pen-didikan yang berguna bagi bangsanya.
Meski pendidikan (dan kebudayaan) bukan merupakan satu-satunya bidang yang menjadi media perjuangannya, akan tetapi ternyata bidang inilah yang kemudian oleh Ki Hadjar dijadikan "pilihan terakhir" sebagai media untuk mendewasakan bangsa. Melalui bidang ini pula akhirnya lahir berbagai konsep yang mendorong bangsa kita menaruh perhatian lebih tajam di dalam upaya pencerdasan bangsa. Adapun salah satu konsep yang sangat kritis serta hampir selalu menimbulkan polemik kalau sudah sampai pada fase operasional adalah konsep perataan pendidikan; yaitu pe-rataan pelayanan pendidikan bagi golongan besar (mayori-tas) rakyat harus senantiasa mendapatkan prioritas.