MENCUCI MUKA BURUK PENDIDIKAN
Abstract
Sistem konversi yang telah diterapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam penentuan kelulusan siswa peserta Ujian Akhir Nasional (UAN) akhirnya menunai “badai”. Setelah mengetahui bahwa ternyata dalam penentuan kelulusan telah dipakai sistem konversi yang selama ini dirahasiakan kepada publik maka banyak siswa, orang tua, guru, kepala sekolah dan masyarakat pada umumnya menyatakan kekecewaan terhadap cara kerja Depdiknas.
Kalau sebagian masyarakat menyatakan kecewa maka sebagiannya lagi menyatakan keberatan dengan penerapan sistem konversi karena ada pihak yang merasa dirugikan. Adapun pihak yang merasa dirugikan ialah para siswa yang justru mencapai prestasi belajar yang memadai, bahkan sangat memadai.
Wajah atau muka pendidikan nasional kita selama ini memang sudah buruk, dan itu terlihat lebih buruk lagi ketika kasus konversi mencuat di tengah-tengah masyarakat yang sedang menghadapi masa “panca roba”. Sistem konversi yang diterapkan Depdiknas tidak saja mencoreng muka pendidikan tetapi telah “menguliti” topeng yang dipakai sehingga terli-hatlah warna asli muka buruk pendidikan nasional kita.