PRESTASI BELUM MEMUASKAN

Ki Supriyoko

Abstract


       Tepat tanggal 5 Juni 1992 yang lalu hasil Ebtanas SMA di lingkungan Kanwil Depdikbud Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diumumkan secara resmi kepada para siswa serta orang tuanya. Berbagai macam ekspresi bermunculan manakala saat pengumuman tiba; ada yang senang dan mengekspresikannya secara demonstratif, ada yang sedih, tetapi ada pula yang bersikap "biasa-biasa" saja karena menganggap peristiwa tersebut tidak terlalu istimewa.

 

       Dari kalangan pendidik serta civitas sekolah yang lainnya ada yang menanggapi pengumuman Ebtanas tersebut dengan nada gembira bercampur sedih; gembira karena ting kat kelulusan sekolah umumnya relatif tinggi, sekaligus sedih karena pencapaian Nilai Ebtanas Murni (NEM) siswa yang sama sekali belum optimal. Seperti halnya yang bia-sa terjadi pada tahun-tahun yang sebelumnya maka tingkat kelulusan siswa relatif cukup tinggi,  rata-rata di atas 95%,  akan tetapi pencapaian NEM komulatif siswa relatif rendah, rata-rata kurang dari 55,00 untuk tujuh bidang studi yang diEbtanaskan.

 

       Apabila diamati dengan jeli memang banyak siswa SMA yang semata-mata merasa berkepentingan terhadap kelu lusannya, namun kurang concern terhadap NEM-nya. Mungkin hal ini dianggap aneh, tetapi sebenarnya tidak. Mengapa? Karena untuk memasuki perguruan tinggi maka yang lebih diperhatikan adalah kelulusannya, bukan pada NEM; bahkan banyak perguruan tinggi, PTN mapun PTS, yang sama sekali tidak "menghargai" NEM kandidat mahasiswa barunya.


Full Text:

PDF
Amikom Web Archives