CENGKEH DAN SARJANA

Ki Supriyoko

Abstract


       Isu kelebihan produksi cengkeh dan gagasan "aneh" tentang pembakaran sebagian stok produksi untuk mempertahankan nilai cengkeh itu sendiri nampaknya telah menjadi masalah nasional. Alternatif pembakaran cengkeh yang diajukan oleh BPPC, Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh, benar-benar menarik perhatian banyak kalangan sekaligus mengusik kaum petani cengkeh kita.

 

       Sesungguhnya skenarionya sederhana saja; produksi cengkeh yang manajemen pemasarannya dikoordinasi BPPC di nilai terlalu banyak (over production)  dibanding dengan kebutuhan pasar. Hal ini menyebabkan sirkulasi terganggu dan akhirnya berpengaruh pada nilai cengkeh.  Lebih lan-jut  hal ini membuat peluang permainan harga di lapangan dengan harga jual BPPC yang "asyik"; pada sisi lain stok cengkeh itu sendiri yang makin menumpuk. Untuk mensolusi masalah ini ada dua alternatif yang ditawarkan, membakar sebagian stok produksi atau mengkonversi tanaman cengkeh di kebun petani dengan tanaman produktif lainnya.

 

       Dari sisi ekonomi makro barangkali alternatif itu masih dalam batas rasional, akan tetapi dari sisi sosial rasanya kurang manusiawi.  Membakar stok cengkeh ataupun mengkonversi tanaman, dikaitkan dengan nilai-nilai Timur akan menjadi alternatif yang kurang manusiawi bila dilak sanakan tanpa memberi kompensasi kepada para petani. Ka-lau sampai Presiden Soeharto "turun tangan" dan memerin-tahkan aparatnya untuk segera mensolusi problematika ini dengan mempertahankan nasib petani rasanya memang sangat adil dan bijaksana. Tapi, memang harus demikianlah nasib cengkeh dan nasib petani cengkeh kita saat ini.


Amikom Web Archives