KESADARAN PENDIDIKAN NU

Ki Supriyoko

Abstract


Suatu ketika sahabat saya seorang profesor yang menjadi pengurus Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengatakan bahwa kalau ada orang Muhammadiyah mendirikan universitas maka universitasnya akan berkem-bang, tetapi kalau mendirikan pesantren maka pesantrennya akan mati; sebaliknya kalau ada orang NU mendirikan pesantren maka pesantrennya akan berkembang, tetapi kalau mendirikan universitas maka universitasnya akan mati.

 

       Pada ketika yang lain sahabat saya seorang kiai haji (KH) yang menjadi personal Pengurus Besar (PB) NU mengatakan bahwa kalau ada orang yang memimpin do’a dengan bahasa Arab menggunakan kalimat pendek dan Arabnya tidak lancar (plegak-pleguk) itu pertanda dia orang Muhammadi-yah; tetapi sebaliknya kalau ada orang yang memimpin do’a dengan bahasa Arab menggunakan kalimat panjang dan Arabnya lancar namun tidak tahu maksudnya (terjemahannya) itu pertanda dia orang NU.

 

       Apa yang dinyatakan dua sahabat saya tersebut di atas memang sangat sensitif akan tetapi mengandung makna yang dalam. Sensitif karena kalau didengar secara tidak langsung oleh fanatikan Muhammadiyah dan NU, atau didengar langsung tetapi tidak paham konteksnya, bisa menimbulkan perkara; di sisi yang lain maknanya dalam karena di satu sisi Muham-madiyah tertinggal dalam soal kepesantrenan; sebaliknya NU tertinggal dalam soal pendidikan persekolahan.


Full Text:

PDF
Amikom Web Archives