BUDAYA BISNIS GAYA SURGA

Mohammad Suyanto

Abstract


 

          Hofstede (1994:180) medefinisikan budaya organisasi sebagai program pemikiran secara kolektif yang membedakan para anggota suatu organisasi dari organisasi lainnya.  Budaya organisasi mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku karyawan. Tetapi apa yang dapat manajemen kerjakan untuk merancang sebuah budaya yang mmbentuk karyawan sesuai dengan keinginan manajemen?. Ketika organisasi sebuah organisasi telah berdiri kokoh, maka manajemen mempunyai kemampuan besar untuk mempengaruhi karyawan. Tetapi pada organisasi yang belum kokoh atau organisasi yang masih kecil  masih sedikit subbudaya.  Setiap orang tahu bahwa pendiri memberikan sentuhan langsung dengan visinya tentang apa organisasi itu. Tidak mengherankan, di bawah kondisi ini manajemen mempunyai peluang untuk meciptakan sebuah budaya yang akan memberikan fasilitas untuk mencapai prestasi terbaik meraih tujuan organisasi. Meskipun demikian pada saat organisasi telah kokoh, maka dominasi budaya juga telah kokoh.  Budaya yang telah diberikan ini membuat karakteristik relatif stabil dan permanen, yang menjadikan sangat menolak terhadap perubahan. Butuh waktu untuk membentuk dan membuat organisasi tersebut kokoh yang cenderung menjadi budaya tersebut berakar kuat. Budaya yang kuat merupakan bagian dari menolak perubahan, karena karyawan menjadi berkomitmen kepada budaya tersebut. Maka, jika suatu budaya yang diberikan telah usang menjadi tidak sesuai dengan suatu organisasi dan suatu yang merugikan terhadap manajemen, maka kemungkinan kecil, manajemen dapat mengubahnya, khususnya dalam jangka pendek. Budaya berubah harus diukur dalam tahunan, bukan dalam mingguan atau bulanan. Kondisi perubahan budaya yang disukai dapat meningkatkan profitabilitas dan perubahan budaya dapat diimplementasikan dengan sukses pada saat ada krisis yang besar dan keluarnya pemimpin tertinggi. Suatu organisasi yang masih muda dan masik kecil, dominasi budayanya masih lemah, demikian tulis Stephen Robbins dalam buku Essential of Organizational Behavior.

          Budaya bisnis dari institusi berdasar pada syariah harus merefleksikan nilai-nilai yang sesuai dengan syariah, baik dalam segi perilaku mulai dari hubungan internal, bertransaksi dengan pelanggan, kebijakan dan prosedur, praktek bisnis, pakaian, dekorasi, maupun citra. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu moralitas dan spiritualitas kolektif yang apabila digabungkan dengan produksi barang dan jasa menopang pertumbuhan dan kemajuan jalan hidup yang syariah. 

          ”Sesungguhnya pada zaman sebelum kamu sekalian  ada seorang laki-laki yang telah didatangi oleh seorang malaikat untuk mecabut nyawanya. Lalu dia ditanya, Apakah engkau tahu amal kebaikan?. Dia menjawab : Aku tidak tahu. Lalu dikatakan kepadanya : Lihatlah. Dia menjawab : Aku sama sekali tidak mengetahui, hanya aku pernah bertransaksi jual-beli dengan banyak manusia di dunia dan aku memudahkan transaksi tersebut. Aku bersikap baik kepada orang kaya dan aku memudahkan orang yang dalam keadaan kesulitan. Setelah itu Allah memasukkan dia ke dalam surga” sabda Rasulullah (HR. Muttafaqun dalam kitab Al-Misykat).     


Amikom Web Archives