KIAT SUKSES MENJADI ENTREPRENEUR BAGI ORANG BIASA (22)
Abstract
Ketika saya bersama kawan-kawan mendirikan AMIKOM Yogyakarta pun saya menggunakan strategi yang berbeda dengan yang lain. Ketika itu kami sangat menyadari bahwa kami adalah perguruan tinggi kecil, berbentuk Akademi dengan gedung sangat sederhana dan bahkan sewanya belum kami bayar, karena memang tidak punya uang. Dengan uang yang terbatas dan fasilitas yang sederhana, maka kami hanya dapat melakukan pemasaran yang terbatas dan menerima mahasiswa sisa-sisa dari perguruan tinggi lain yang tidak diterima. Calon mahasiswa yang merasa gagal dari tempat lain dan masuk perguruan tinggi ke tempat kami secara terpaksa, karena tidak ada pilihan lain. Ketika itu kami menerima semua yang mendaftar di perguruan tinggi kami. Input calon mahasiswa yang seperti itu memaksa kita untuk memutar otak untuk mendidik mereka dengan baik agar mereka menjadi orang yang berhasil. Disamping itu, kami juga belum berpengalaman sebagai dosen dan belum berpengalaman mendidik mereka. Kami hanya mempunyai sedikit pengalaman mendidik siswa di Lembaga Kejuruan yang lebih menonjolkan pendidikan ketrampilan, daripada konseptual. Kami berhari-hari berpikir keras untuk mecoba memberikan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Selesai sholat dhuhur, di depan musholla, saya duduk melamun sambil berpikir keras mencari cara terbaik mendidik mahasiswa yang kemampuannya terbatas dan merasa telah gagal, tiba-tiba terbersit sebuah inspirasi dengan mendidik mahasiswa dengan cara berbeda. Biasanya di perguruan tinggi, mahasiswa dididik dengan kemampuan intelektual yang menonjol, karena memang mempunyai dosen yang kemampuan intelektualnya sangat baik. Sebaliknya kami dengan input yang pas-pasan tidak mungkin dididik dengan cara seperti perguruan tinggi lain tersebut. Kami tidak mungkin mendidik mereka dengan pengetahuan yang bagus, karena mereka mahasiswa dengan kemampuan menangkap pengetahuan yang pas-pasan dan dosen yang belum berpengalaman, maka kami tidak mungkin mendidik dengan cara yang sama dengan perguruan tinggi yang sudah baik. Kami mencoba dengan mendidik mereka dengan menonjolkan sikap mental lebih dahulu, setelah itu mengasah ketrampilan mereka dan barulah dipoles sedikit pengetahuannya. Tahap pertama, kita hanya ingin mereka tidak lagi merasa gagal, putus asa dan kami berharap mereka bangkit kembali serta menjadi mahasiswa yang percaya diri. Untuk mencapai maksud tersebut kami mencoba mendidik mereka dengan menggunakan Pelatihan Motivasi Berprestasi yang disempurnakan, kami menyebutnya dengan Pelatihan Super Unggul. Pelatihan ini memadukan model Super Camp dari Bobby De Potter, Achievement Motivation Training dan Pelatihan Emotional Intelegence maupun Spiritual Intelegence.
Hasil dari pelatihan ini kami berharap mahasiswa tersebut mempunyai kesadaran diri, mengetahui jati dirinya, mampu mengendalikan emosi, termotivasi untuk menggapai cita-citanya, mempunyai empati dan mempunyai ketrampilan sosial serta mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Dua hal yang paling penting dalam pendidikan ini adalah mahasiswa mempunyai sikap mental positif dan rasa percaya diri. Untuk menjaga sikap mental positif dan rasa percaya diri ini, ketika kuliah mahasiswa diharuskan untuk memakai dasi, akhirnya memunculkan “Tempat Kuliah Orang Berdasi”. Bahasa kasar saya agar mereka bangkit dari rasa putus asa dan kegagalan “Goblok tidak ada apa-apa tetapi percaya diri” itu yang membuat kalian akan berhasil di kemudian hari. Strategi menggunakan kata yang mudah diingat, yaitu “Tempat Kuliah Orang Berdasi” ternyata kami baru tahu bahwa itu merupakan strategi positioning.