KIAT SUKSES MENJADI ENTREPRENEUR BAGI ORANG BIASA (13)
Abstract
Untuk memasarkan bimbingan pada tahap awal tersebut, selain mendatangi ke rumah siswa dengan membimbing mereka dengan senanghati tanpa biaya tambahan yang dapat menyentuh hati keluarga mereka, kami juga membagi brosur ke sekolah-sekolah. Kami hanya berharap, dari 100 brosur yang kami bagi, minimal 1 orang mendaftar bimbingan di tempat kami. Ketika itu, bimbingan belajar kami masih kecil sehingga, ketika kami meminta ijin kepada Kepala Sekolah, beberapa Kepala Sekolah yang kami datangi menolak. Itulah nasib perusahaan yang belum punya reputasi, harus biasa menghadapi hal-hal seperti ini. Kesulitan itu akan menghasilkan kreatifitas yang luar biasa. Akhirnya kami berpikir, untuk bekerjasama dengan tukang parkir di sekolah. Sebagian brosur kami masukkan ke dalam helm yang ada dalam sepeda motor atau bagian yang ada dalam sepeda motor dan sebagian kami bagi ketika mereka pulang dari sekolah dengan mencegat di pintu keluar. Strategi ini ternyata membuahkan hasil yang cukup luar biasa. Bimbingan belajar tersebut terus berkembang, akhirnya tempat yang kita sewa tersebut tidak mampu menampung siswa yang ikut bimbingan. “Dik ruang sebelahnya juga boleh kamu kontrak” kata yang punya rumah. “Iya Pak” jawab kami. Kemudian kami menyewa ruang yang terletak di sebelah utara dari ruang yang kami sebelumnya, tetapi letak ruangan tersebut tidak di tepi jalan. Meskipun sudah menambah ruang tetapi, tidak cukup juga dan berpikir untuk membuka cabang yang terletak di bagian timur kota Yogyakarta. Hal ini juga didorong dari beberapa siswa yang meminta untuk di buka cabang di wilayah timur kota Yogyakarta. “Kawan-kawan saya sebetulnya mau ikut Mas, tetapi jauh kalau ke sini” kata mereka.
Masalah utama untuk membuka cabang adalah tidak punya uang untuk membayar sewa gedung atau rumah. Meskipun yang ikut bimbingan cukup banyak, tetapi mereka membayar dengan biaya sangat murah, hanya Rp. 9.500,-. Dibalik kesulitan, selalu menimbulkan kreatifitas yang luar biasa. Sebuah ide mengalir begitu indah, yaitu menyewa geduang atau rumah tanpa menggunakan uang tunai. Pada saat kami membuka cabang di jalan Demangan Kidul nomor 92, yaitu rumah Bapak Sri Satoto. Kami membuka cabang dengan metode pembayaran di belakang. Kita mengatakan “Pak kami akan sewa rumah Bapak selama satu tahun”. “Silakan. Saya senang mahasiswa seperti Anda mempunyai kegiatan”, jawab Pak Sri Satoto sambil memuji kami. “Kami akan membayar per bulan Pak”, kata kami. “Tidak apa-apa”, jawab Pak Sri Satoto. “Tetapi kami akan membayar mulai bulan depan Pak”. Pak Sri Satoto terdiam sejenak, kemudian berkata “Ya. Tidak apa-apa”. Atas kebaikan Pak Sri Satoto tersebut kita dapat membuka cabang tanpa uang sepeserpun. Perjalan awal menggelindingkan bisnis itu mengajarkan beberapa pengalaman yang luar biasa. Kita tidak akan memperoleh kalau tidak pernah memualai bisnis atau melewati tahap ketiga. Banyak dari kita tidak memperoleh pelajaran dari tahap ketiga ini atau barangkali tidak mengambil pelajaran pada tahap ini,. Begitu menemukan kesulitan, langsung menyerah dan akhirnya bisnis yang digelindingkan berhenti. Mereka berhenti melangkah dan menyerah. Padahal kemungkinan hanya tinggal satu langkah saja untuk menuju tahap berikutnya. Tuhan mengajarkan kepada kita untuk selalu mengambil pelajaran bagi orang yang mempunyai akal seperti kita. Saya merasa mendapatkan ilmu dan pengalaman yang sangat luar biasa, mulai dari pengalalaman bahwa kesulitan itu dapat menghasilkan kreativitas yang luar biasa dan menggelindingkan bisnis itu dapat dilakukan tanpa menggunakan uang tunai.