BELAJAR KECERDASAN SPIRITUAL DARI TUKANG KAYU (4-Habis)

Mohammad Suyanto

Abstract


 Kita telah belajar banyak dari orang pilihan Tuhan salah satunya dari tukang kayu. Setelah bekerja dari pagi hingga siang, akhirnya para tukang kayu yang bekerja di rumah saya memohon ijin untuk melaksanakan shalat. ”Maaf Bu saya mohon ijin untuk shalat dulu, agar saya bekerja lebih tenang Bu” kata tukang kayu tersebut kepada istri saya.  Kata yang sederhana yang keluar dari seorang tukang kayu, tetapi bermakna sangat dalam.

Kita seringkali untuk mencari ketanangan bersedia mengeluarkan biaya yang besar, menonton musik, mulai dari dangdut, pop sampai jazz, bahkan kalau perlu dengan penyanyi dari manca negara dengan harga tiket jutaan rupiah. Belum puas, nontonnya di luar negeri, tetapi sepulang dari nonton tersebut ketenangan mulai melayang. Merasa nyaman, dengan menyalurkan hobinya makan-makan kafe-kafe atau hotel berbintang atau di tengah sawah dengan pemandangan yang indah dengar aliran parit dengan suara air gemercik indah, atau belanja ke mall dengan membeli berbagai macam barang kesenangan, tetapi ketenangan itu juga tidak melekat di dalam hati.

Sebagian dari kita yang kelas atas merasa tenang kalau bermain golf di tempat yang terindah di dekat pegunungan atau pantai, atau kadangkala bermain golf di luar negeri. Meskipun demikian, bila bola golf tersebut masuk bunker, atau masuk kolam atau pukulannya melenceng dari arahnya, ketenangan itu terusik. Bahkan ada sebagian dari mereka bermain dengan taruhan dari yang kecil sampai yang besar, maka hampir dapat dipastikan ketenangan yang ingin didapatkan akan melayang. Mereka merasa tenang kalau telah memiliki mobil yang mewah dengan asesoris yang wah, begitu ada mobil keluaran baru ganti dengan yang baru tersebut, tetapi bila mobil itu tergores sedikit saja ternyata hatinya menjadi tidak tenang.

Sebagian dari mereka juga ada yang merasa tenang dengan rumah mewah yang tanahnya ribuan hektar dengan bangunan perpaduan antara klasik dan moderen dengan taman yang sangat indah, bahkan ada pula rumahnya tersebut di sebuah pulau yang terpencil, tetapi ada justru mati di pulau tersebut. Ada yang merasa tenang dengan memiliki uang yang milyaran sampai trilyunan, atau paling tidak memiliki kartu kredit dari silver, gold dan platinum, tetapi bila uang itu berkurang sedikit saja merasa gelisah dan ada pula yang merasa tenang dengan bepergian ke seluruh dunia, ke tempat terindah di dunia yang disebut tujuh keajaiban dunia. Kesemuanya dilakukan untuk menghibur agar hatinya lebih tenang, tetapi pada kenyataannya hanyalah ketenangan yang bersifat semu belaka.

Belajar dari tukang kayu untuk mencari ketenangan ternyata tidak harus pergi jauh dengan biaya dan tenaga yang besar, tetapi tanpa biaya dengan hanya meluangkan waktu yang tidak banyak untuk mengingat Tuhan, tukang kayu tersebut merasa tenang. Orang yang mengingat Tuhan hatinya menjadi tenang. Seperti firman Allah ::..(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang (Ar Ra’du ayat 28). Apalagi kalau mengingat Allah, baik di waktu malam dan siang, di daratan atau di lautan, di saat bepergian atau di rumah, dalam keadaan kaya atau miskin, waktu badan sehat atau sakit dan dalam keadaan sunyi atau banyak orang, maka dalam situasi apapun hati kita akan tenang.

Full Text:

PDF
Amikom Web Archives